Kamis, 31 Maret 2011

Answer the questions correctly!

1. Where do you get the advertisement?
2. Why do you seek a job from newspaper?
3. What do you choose a vacancy job?
4. Mention five newspapers what you know?
5. What is your aim to seek a job?
6. What do you have skill to seek a job?
7. How much do you want to get a salary from our company?
8. Do you agree to get a little salary but the work is very hard?
9. Why do you obey to your boss in the company?
10. Are you ready to get a job if the job is not suitable with your skill? Explain!
11. Mention parts of letter is written by you for seeking a job!

Rabu, 02 Maret 2011

Kepemimpinan Muhammadiyah

Setelah berakhirnya Muktamar Muhammadiyah satu abad di Yogyakarta maka segera dilanjutkan dengan Musyawarah Wilayah Muhammadiyah di tiap-tiap provinsi di Indonesia dan Musda di daerah-daerah, begitupula di Kota Cirebon Musyawarah Daerah Muhammadiyah (Musda) akan dilaksanakan tanggal 5-6 Maret di Kampus Akademi Kebidanan Muhammadiyah Kota Cirebon di jalan Kalitanjung, salah satu agenda Musda Muhammadiyah selain menyiapkan program adalah memilih pimpinan untuk periode lima tahun ke depan. Menurut rencana Musda Muhammadiyah Kota Cirebon akan di buka oleh Walikota Cirebon. Sebelum Musda digelar terlebih dahulu dilaksanakan Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspimda) pada 4 Maret 2011 untuk menetapkan calon pimpinan yang akan dipilih dalam Musda. Bahkan sebelumnya telah digelar kegiatan Pra Musda atau Gebyar Musda berupa khitanan masal di Balai Pengobatan Muhammadiyah Grubugan, Jalan s antai yang diikuti oleh ribuan warga Muhammadiyah, Seminar, Bazar dan donor darah di kampus Akbid Muhammadiyah Kota Cirebon. Musda Muhammadiyah Kota Cirebon kali ini akan dilaksanakan bersamaan dengan Musda salah satu ortom Muhammadiyah yaitu ‘Aisyiyah Kota Cirebon.

Kepemimpinan Muhammadiyah saat ini maupun ke depan di seluruh tingkatan memiliki tantangan yang tidak ringan, baik dalam menghadapi masalah lokal, nasional, maupun global yang serba kompleks. Namun manakala dikerjakan secara kolektif-kolegial dan tersistem maka tidak ada yang tidak dapat dipecahkan dan diagendakan untuk kemajuan Persyarikatan Muhammadiyah. Karena itu, tidak perlu terlalu dirisaukan mengenai figur kepemimpinan Muhammadiyah mendatang. Berbagai sosok dengan kualitas yang beragam baik yang menonjol kualitas kecendekiawanan, ulama-khusus keagamaan, administrator, kalangan profesional, maupun praktisi organisasi semuanya dapat saling komplementer atau saling melengkapi dalam satu bangunan sistem kepemimpinan kolektif-kolegial Muhammadiyah. Hal penting yang diperlukan ialah menyatukan secara sinergi seluruh potensi dan kualitas kepemimpinan itu secara tersistem, optimal, bersinergi, dan kohesif sehingga melahirkan kekuatan kepemimpinan kolektif-kolegial yang progresif dan produktif.

Sebagaimana tercermin dalam hasil keputusan Muktamar ke-46 tantangan Muhammadiyah sangatlah besar. DR. Haedar Nashir menyebutkan, dalam hal organisasi diperlukan pengembangan kualitas tata kelola, termasuk tata kelola keuangan, dan hubungan dengan berbagai pihak sesuai prinsip dakwah. Dalam hal program baik umum maupun perbidang diperlukan realisasi visi strategis lima tahun yang bertumpu pada mobilisasi dan revitalisasi yang bersifat peningkatan dan pengembangan. Dalam revitalisasi gerakan difokuskan pada penguatan Cabang dan Ranting, anggota dan kader, pendidikan dan kualitas amal usaha yang unggul. Dalam menghadapi isu-isu strategis diperlukan pemahaman, penyikapan, dan langkah yang cerdas. Dalam pemikiran harus mengembangkan Islam yang berkemajuan dan orientasi gerakan pencerahan yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan sebagaimana Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua. Para pimpinan Muhammadiyah harus memahami keputusan Muktamar yang penting dan strategis tersebut, sehingga tidak berjalan sendiri berdasarkan kemauan dan pemahaman sendiri.

Muhammadiyah di tengah dinamika zaman yang sarat tantangan yang harus dihadapi, memerlukan kualitas dan dinamika kepemimpinan yang memiliki komitmen yang tinggi, ihklas, kata sejalan dengan tindakan, berpikiran maju, dan berkhidmat untuk memimpin secara optimal dan penuh pertanggungjawaban. Pemimpin Muhammadiyah baik secara individu maupun kolektif diberbagai tingkatan harus mengintegrasikan diri ke dalam sistem gerakan persyarikatan, sehingga tidak seperti lokomotif yang lepas dari gerbongnya, serta senantiasa menjaga keseimbangan dan kepentingan organisasi dari berbagai tarikan kepentingan dan dinamika dari luar. Pemimpin Muhammadiyah harus mampu memobilisasi dan mengembangkan seluruh potensi persyarikatan secara optimal, sehingga meletakkan kebesaran organisasi di atas segalanya. Pemimpin Muhammadiyah harus tetap istiqomah menjaga prinsip-prinsip gerakan Muhammadiyah yang selama ini menjadi kekuatan idealisme yang memelihara kelangsungan organisasi Islam ini, termasuk menegakkan khittah dan kepribadian secara konsisten tanpa terjebak kepada kepentingan-kepentingan politik sesaat. Pemimpin Muhammadiyah di seluruh tingkatan harus bersifat transformasional (membawa pada perubahan ke arah kemajuan) demi memajukan Persyarikatan sehingga mampu memberi kemaslahatan yang optimal bagi kemajuan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan.

Meskipun kepemimpinan Muhammadiyah bercorak kolektif-kolegial dan tersistem, tidak kalah pentingnya harus didukung oleh kualitas para personal pemimpin yang lebih unggul. Diperlukan para personal pimpinan yang berkomitmen tinggi, bekerja keras, berpikiran maju dan inovatif, responsif terhadap perkembangan, serta mampu mengembangkan organisasi secara dinamis sesuai dengan hukum-hukum perubahan dan tantangan-tantangan zaman. Personal pimpinan Muhammadiyah di seluruh tingkatan memerlukan penguatan dan pengembangan kualitas dalam memimpin gerakan sebagaimana layaknya pemimpin organisasi Islam modern yang besar. Memimpin Muhammadiyah haruslah serba melintasi sejalan dengan luasnya usaha dan daya jelajah Muhammadiyah. Urusan memimpin Muhammadiyah tidak sekedar mengaji atau mengurus pengajian sebagaimana sering dipersepsikan secara sempit. Karena Muhammadiyah merupakan gerakan Islam yang luas dan besar seluas ranah gerakan dakwah dan tajdid diberbagai bidang kehidupan. Memimpin Muhammadiyah memerlukan kapasitas dan kualitas yang multi aspek dengan orientasi kepemimpinan yang mencerahkan, yakni membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan.

Pimpinan Muhammadiyah juga memerlukan kecerdasan dan kearifan dalam memimpin organisasi. Pemimpin juga harus mau mendengar kritik, masukan dan saran dari siapapun sehingga mampu menunaikan amanat dengan baik. Rusaknya negara karena pemimpin tidak mau atau alergi terhadap kritik atau masukan. Dengan menutup kritik, masukan, dan saran maka pimpinan akan kehilangan kontrol ketika melakukan kekeliruan atau kesalahan yang diyakininya benar. Sesempurna apa pun langkah selalu terbuka celah kelemahan, seunggul apapun kualitas pimpinan akan selalu ada kelemahan. Karena itu, jadikan kritik atau masukan sebagai wujud penciptaan keseimbangan sekaligus penyelamatan dari keliru atau salah jalan. Insya Allah roda kepemimpinan dan organisasi akan berjalan sebagaimana mestinya, di samping memperoleh manfaat dan diberkahi Allah SWT.

Hal yang tidak kalah pentingnya dalam memimpin adalah keihlasan. Bahwa segala hal yang dilakukan tidak lain wujud ibadah untuk meraih ridla dan karunia Allah secara tulus hati lillahi ta’ala. Memimpin itu amanat maka tunaikanlah dengan sepenuh hati. Hal yang penting dan luhur berlaku dalam tradisi Muhammadiyah guna mewujudkan keikhlasan dan pengkhidmatan ialah prinsip “jangan mencari atau meminta jabatan, tetapi manakala diberikan maka jangan ditolak dan tunaikanlah dengan amanah”. Inilah, wujud keikhlasan yang otentik, yang lahir dalam spirit kata sejalan dengan tindakan dari para Pimpinan Muhammadiyah.