Kamis, 30 Juni 2011

Tips dan Trik Modem Aha

Setelah lama tidak posting akhirnya saya sempatkan juga untuk posting artikel menarik dan blog. Artikel kali ini akan mengulas tips dan trik untuk Modem Aha Olive VME 110 tapi juga bisa diaplikasikan untuk Modem Aha lainnya. Posting ini sebenarnya juga merupakan salah satu wujud kekecewaan saya atas pelayanan Customer Service Aha yang menurut saya buruk.

Untuk sementara saya tidak akan mengulas tentang harga modem aha, modem aha google chrome, modem aha evdo, modem aha google, jual modem aha, spesifikasi modem aha, tarif modem aha, dan lain sebagainya.

Langsung saja kita ke pokok permasalahan. Bagi anda yang menggunakan Modem Aha pasti akan merasakan lambatnya Sistem Operasi (khususnya yang memiliki komputer tipe jadul dan netbook seperti saya) yang digunakan. Setelah saya perhatikan, hal ini ternyata disebabkan karena file iCard.exe menggunakan resource komputer (RAM) cukup besar. Perhatikan gambar file iCard.exe di bawah ini:


Ukuran asli file iCard.exe


Berikutnya perhatikan gambar di bawah ini yang menunjukkan besarnya resource yang digunakan saat kita baru mencolokkan modem ke komputer dan belum melakukan koneksi.


Resource komputer saat belum terkoneksi


Saat saya koneksikan dan mencoba game-game online yang cukup berat (dalam praktek ini saya memainkan game “Luna Online“), pemakaian resource file iCard.exe meningkat tajam. Perhatikan gambar di bawah ini:


Resource komputer setelah terkoneksi


Perhatikan ukuran pemakaian resource komputer oleh file iCard.exe, 395MB!! Ukuran yang fantastis dan tak heran akan menyebabkan komputer anda lambat apalagi bila RAM yang digunakan kurang dari 1GB.

Namun bagi anda yang telah menggunakan Modem Aha tidak perlu khawatir, saya telah menemukan salah satu cara untuk mengatasi hal ini. Yang perlu anda lakukan adalah sebagai berikut:

* Pastikan anda telah mencolokkan Modem Aha ke port USB dan telah menginstall driver modem tapi jangan lakukan koneksi apapun! Putus koneksi anda terlebih dahulu bila masih terhubung ke jaringan. Buka kembali aplikasi “AHA Dialer” sehingga muncul tampilan sebagai berikut:


Tampak familiar, bukan?


* Jangan lakukan koneksi dari AHA Dialer ini! Sekarang bukalah jendela Control Panel – Network Connection sampai anda menemukan jendela seperti di bawah ini:


Buka Jendela Control Panel


* Sekarang lakukan koneksi dengan Aha melalui cara berikut, klik kanan pada icon DC Connection (bisa berbeda dengan anda - namun harus USB Wireless Modem) sehingga muncul deretan menu. Klik pada menu “Connect“.


Klik kanan dan pilih "Connect"


* Anda kemudian akan mendapati jendela konfirmasi koneksi. Cukup klik pada tombol “Dial” dan sistem akan melakukan koneksi secara otomatis ke jaringan via modem. Jendela ini akan otomatis tertutup dan kembali ke jendela Network Connection. Icon DC Connection akan berubah menjadi “Connected“.


Klik tombol "Dial"

Proses terkoneksi ke jaringan

Status DC Connection menjadi "Connected"


* Sampai di sini anda sudah terkoneksi ke internet dan siap berselancar. Jendela AHA Dialer dapat anda minimize sehingga akan muncul icon Aha di taskbar.

Bila anda hendak memutuskan koneksi dengan jaringan, cukup buka jendela Network Connection kembali dan ulangi langkah 2 dan 3 namun pilih menu “Disconnect“. Tutup jendela AHA Dialer dan koenksi internet anda dapat diakhiri.

Dengan cara yang saya terangkan di atas, file iCard.exe yang sebenarnya adalah aplikasi AHA Dialer dapat dibatasi penggunaan resource komputer sehingga komputer anda tidak akan lambat lagi. Semoga artikel ini bermanfaat.

Selasa, 28 Juni 2011

PENGERTIAN HOLISTIK

Holistik adalah saduran kata dari bahasa Inggris yaitu “Holistic” yang menekankan pentingnya keseluruhan dan saling keterkaitan dari bagian-bagiannya.

Jika kata holistik ini dipakai dalam rangka pelayanan kepada orang lain yang membutuhkan maka mempunyai arti layanan yang diberikan kepada sesama atau manusia secara utuh, baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual mendapat perhatian yang seimbang.

Senin, 13 Juni 2011

MAKNA PENDIDIKAN HOLISTIK DI MARAUKE

Percakapan itu sudah cukup lama. Sekitar setahun lalu. Saat itu, Waryoto, Wakil Bupati Kabupaten Merauke dalam sebuah wawancara di kediamannya mengatakan, semua guru yang berada di Kabupaten Merauke, baik guru SD, SMP dan SMU harus disiplin dalam melaksanakan tugas.

Tidak hanya tuntas menunaikan kewajibannnya dalam mengajar. Tapi juga bertanggung jawab dalam membimbing dan membina siswa agar bermoral. Sebuah kalimat yang masih juga terngiang ditelinga adalah guru harus menetap dalam menjalankan tugasnya dikampung terpencil. Dan tidak boleh “lari” meninggalkan murid.
Beberapa pekan setelah wawancara itu, seorang guru dari SD Negeri Rawahayu, Distrik Ulilin, Merauke, berujar guru seringkali meninggalkan tempat tugasnya dengan alasan tidak memiliki tempat tinggal untuk menetap. Pretensi lain adalah penghasilan guru yang sangat kecil sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Jauh setelah itu, Kepala Distrik Ulilin, Robert Manufandu juga mempertanyakan jika guru tidak berada ditempat untuk melaksanakan kewajibannya dalam mengajar dan mendidik, bagaimana nasib anak didik kelak ?
Memaknai sebuah pendidikan yang berkualitas memang tidak demikian. Jika guru tidak melaksanakan tugasnya dalam mengajar, sepatutnyalah ditinjau kembali dalam bingkai mencari format terpadu. Format pendidikan yang holistik. Holistik disini mengandung arti keterpaduan, kesinkronisasian seluruh sistem yang melengkapi proses tumbuh pendidikan. Hal ini berarti memerlukan keterlibatan segenap komponen yang multidimensi, multi arah, multi disiplin serta multi sektor.
Peran segenap elemen tersebut akan melahirkan pendidik yang hebat. Tentunya kembali kepada pembinaan kepada sang pendidik untuk melakukan kedisiplinan dalam tugas. Bila pendidik masih tetap berulah dengan tidak melakukan pengajaran kepada anak didik setelah mengikuti pembinaan kedisiplinan, tentu tidak tepat juga untuk menyematkan kalimat pahlawan tanpa tanda jasa kepada guru. Karena guru seperti demikian akan melahirkan anak didik “preman”.
Berbagai studi telah membuktikan bahwa menghadirkan guru yang teladan merupakan investasi strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal tersebut disebabkan karena guru yang teladan dapat menelorkan anak didik yang pandai, lebih sehat moral yang pada akhirnya akan mempengaruhi produktivitas mereka ketika menjadi dewasa.
Peran pemerintah, dukungan masyarakat dan elemen lainnya adalah hal paling penting dalam mendorong majunya mutu pendidikan. Meski tidak secepat membalikan telapak tangan. Langsung jadi. Pendidikan harus dilakukan secara bertahap, berkesinambungan serta didasarkan pada komitmen dasar memberikan pengajaran yang baik kepada murid. Tahapan inilah yang harus diwarnai oleh elemen tadi. Artinya guru dan jajaran lain perlu melakukan tindakan perencanaan bertahap. Sekaligus peka terhadap situasi setempat.
Sudibyo, 2005, menjelaskan pendidikan harus diberikan sesuai dengan masa peka anak dan dilakukan secara terus menerus. Secara bertahap dan berubah sesuai dengan kebutuhan. Jika program terlalu padat dan bersifat mendoktrin maka yang dihasilkan bukanlah anak yang cerdas. Melainkan anak yang cenderung seperti robot. Kurang mandiri, tidak percaya diri dan selalu tergantung pada orang lain. Jika hal ini terjadi maka akan timbul kontra produktif karena mematikan kreativitas generasi muda. Atau sering disebut sebagai pembodohan.

Guru Tinggalkan tugas, Dimana Kompetensinya ?
Sepanjang Agustus 2006 hingga akhir Desember 2007, media cetak lokal di Merauke sedikit banyak telah mengungkapkan hal tersebut. Dibeberapa tempat, termasuk wilayah Sotta yang merupakan palang pintu terujung RI – PNG, juga mengalami masalah serupa. Yakni, tidak bertanggungjawabnya sejumlah oknum guru yang seringkali mangkir dan tidak melaksanakan tugas. Akibatnya, anak didik juga menjadi terlantar dan kerap menjadi malas untuk pergi kesekolah menimba ilmu. Hal tersebut tidak saja berlaku untuk sekolah dasar di Merauke, SMP dan SMU pun demikian.
“Para pengajar itu tiap bulannya pasti terima gaji dari pemerintah, tapi kenapa guru sampai hati mengkhianati kepercayaan yang diberikan Pemerintah kah ?” tanya Titus Arikawa, warga Distrik Kimaam. Kekesalan Arikawa patut diterima. Guru tidak teladan di Merauke termasuk di Kimaam tidak terhitung banyaknya. Meski belum pernah ada penetapan angka untuk itu. Namun, dari berbagai kisah dan saksi dari warga, diperoleh jawaban bahwa guru malas lebih banyak dan selalu bertumpuk di kota Merauke. Ketimbang melakukan tugasnya di kampung.
Di Kimaam misalnya. Semenjak didirikan sampai menjelang akhir 2007, SD Inpres Sabudom hingga kini masih “mati”. Padahal SD ini hanya berjarak 50 kilometer dari pusat Distrik Kimaam. Kimaam sendiri berpenduduk kurang lebih 15.000 jiwa. Memiliki 10 SD Negeri dan 15 buah SD Swasta. Siswa belajar disini sebanyak kurang lebih 3.191 murid. 120 guru SD baik PNS maupun honorer ditugaskan di wilayah ini. Kematian Sabudom belakangan diketahui karena tidak terdapatnya guru yang mengajar di tempat itu.
Guru yang “lari” dari tugas bukan cerita kemarin sore. Sudah berpuluh tahun lamanya hal tersebut selalu berulang. Untuk menghitung guru teladan sepanjang 20 tahun terakhir di Merauke, tentu sangat mudah. Tidak banyak memang. Larinya guru selalu juga dikaitkan dengan kompetensi mengajar. “Jangan-jangan karena tidak mampu mengajar, jadi mereka lari ke kota,” sela Maximus Nemo, Dosen pada Universitas Cenderawasih dalam sebuah dialog, di Merauke. Kompetensi mengajar baginya merupakan hal terpenting yang perlu dimiliki seorang guru. Kompetensi dalam batasan ini merupakan performansi yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Spencer (1993:9) mendefinisikan kompetensi “an underlying characteristic of individual that is causally related to criterion-referenced effective and/or superior performance in a job or situation”. Sebagai karakteristik individu yang melekat kompetensi merupakan bagian dari kepribadian individu yang relatif dalam dan stabil, dan dapat dilihat serta diukur dari perilaku individu yang bersangkutan, di tempat kerja atau dalam berbagai situasi.
Kaitannya dengan hal tersebut, kompetensi seorang tenaga pendidik diindikasikan dari kemampuan berperilaku, mengajar serta mendidik dalam berbagai situasi yang cukup konsisten untuk suatu periode waktu yang cukup panjang. Dan bukan hal yang kebetulan sesaat semata. Kompetensi memiliki persyaratan yang dapat digunakan untuk menduga yang secara empiris terbukti merupakan penyebab suatu keberhasilan.
Kepala Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Merauke, Vicentius Mekiuw menjelaskan kompetensi seseorang guru ditunjukkan dari hasil kerjanya. Yakni tanggungjawab dalam bekerja dan bukan semata-mata dilihat dari tingkat intelegensi dan nilai akademis yang dimilikinya. Sehingga untuk guru yang bekerja di kampung dengan fasilitas yang sangat minim, transportasi yang sulit dan gaji yang rendah, bukan merupakan masalah yang tidak memiliki jalan keluar. Pasti ada. Meski diakuinya pemberian sanksi kepada guru yang tidak berada ditempat tidak pernah dijatuhkan. Karena alasan kemanusiaan.
Irwan (2006), bahkan menuangkan sejumlah pemikiran tentang kompetensi tersebut. Dilihatnya perlu adanya standar kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yang termuat dalam UU Guru dan Dosen. Meliputi standar kompetensi Pedagogik, Profesional, Sosial dan Kepribadian yang diperoleh dari pendidikan profesi. Untuk Kompetensi Pedagogik, subkomponen pengelolaan pembelajarannya berupa penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian prestasi anak didik dan tindak lanjut hasilnya. Sedangkan Kompetensi Profesional, subkomponen akademik atau vokasionalnya adalah penguasaan materi sesuai studi atau mata pelajaran. Hal terakhir tentang Kompetensi Kepribadian, diharapkan guru memiliki jiwa pendidik, terbuka, mampu mengendalikan dan mengembangkan diri dan memiliki integritas kepribadian.
Terkait kompetensi guru, berdasarkan catatan Human Development Index (HDI), 50 persen guru di Indonesia tidak memiliki kualitas standar. Fakta ini menunjukkan, kualitas guru di Indonesia masih jauh dari memadai untuk melakukan perubahan yang sifatnya mendasar. Dari data statistik HDI, terdapat 60 persen guru SD, 40 persen SLTP, 43 persen SMA, 34 persen SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing. Selain itu, 17,2 persen atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang studinya.
Di Merauke, dalam berbagai kasus, ada sekolah yang hanya memiliki tiga hingga empat guru sehingga mereka harus mengajar secara paralel dan simultan. Jadi tidak heran, satu guru bisa memegang lebih satu mata pelajaran. Dari sini kita mungkin bisa berpikir, apakah guru tersebut memang genius (kompeten) atau supergenius karena mampu mengajar lebih dari satu mata pelajaran. Atau, memang terpaksa dilakukan karena tidak ada jalan lain?

Profesionalisme Guru
John Godlad, seorang tokoh pendidikan Amerika, mengatakan, kualitas pembelajaran tergantung dari bagaimana guru menjalankan perannya di dalam kelas. Guru dapat berperan sebagai raja, karena semua murid dituntut mengikuti segala perintahnya (otoriter). Guru juga bisa berperan sebagai pelayan (fasilitator). Dalam hal ini bisa dikatakan, tingginya kualitas pembelajaran tergantung pada profesionalisme kompetensi guru.
Istilah profesionalisme berasal dari profesion, mengandung arti yang sama dengan occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian dan diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan khusus. Dengan kata lain, profesi dapat diartikan sebagai suatu bidang keahlian untuk menangani lapangan kerja tertentu yang dibutuhkan. Umumnya, orang memberi arti sempit terhadap arti profesional. Profesional sering diartikan sebagai keterampilan teknis yang dimiliki seseorang. Misalnya, seorang guru dikatakan profesional bila ia memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Padahal, profesional mengandung makna yang lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis. Dalam hal ini, profesional juga bisa dimaknai sebagai ahli (expert), tanggungjawab (responsibility) baik intelektual maupun moral, dan memiliki rasa kesejawatan.
Profesionalisme guru juga dapat dilihat dari kedisiplinannya dalam mendidik murid. Tak heran, guru yang profesional akan menghasilkan murid yang cerdas. Dalam kerangka membangun dunia pendidikan holistik di Merauke, guru memang dituntut untuk menjadi pengajar yang profesional. Bertanggungjawab juga tentunya. Artinya, tidak hanya melakukan pengajaran dalam menyampaikan informasi dan memindahkan pengetahuan dari pengajar kepada pelajar. Meski, di dalamnya ada juga proses agar siswa yang tadinya tidak mengerti jadi mengerti, yang tidak paham menjadi paham. Tapi lebih dari itu, bertanggungjawab dalam pembinaan moral dan akhlak siswa.
“Sekedar mengajar” inilah yang pada umumnya masih dilakukan para guru di Merauke sampai saat ini. Walaupun hal ini juga harus dimaklumi karena tuntutan ’pasar’ menjadikan porsi mengajarnya lebih mendominasi bidang tugasnya. Ini bisa dimengerti mengingat permintaan masyarakat sebagai konsumen agar sekolah mencetak siswa-siswa yang ’pandai’ begitu besar. Jadi, mau tak mau aspek mengajar itu yang kemudian lebih mengemuka.
Akhirnya, untuk membangun pendidikan yang berkualitas di Merauke, tidak hanya guru yang dituntut untuk melakukan pengajaran yang baik dan displin. Semua pihak juga memiliki kewenangan untuk itu. Pemerintah, masyarakat dan pendidik harus terlibat aktif dalam mencerdaskan anak bangsa. Keseluruhan sistem inilah yang selanjutnya bisa memecahkan segenap persoalan pendidikan. Mungkin inilah yang dimaksud Waryoto, Wabup Merauke, bahwa pendidikan tidak bisa dibangun dengan setengah-setengah dan seorang diri. Perlu kerjasama yang berkesinambungan. Intinya, pendidikan holistik bukan hanya mencerca guru yang seringkali mangkir tidak mengajar. Tapi memaknainya lebih dalam kepada tanggungjawab bersama. Semoga! 
(Jerry Omona)

INDIKATOR KEDISIPLINAN

ndikator kedisiplinan perhitungan pendapatan per kapita negara aseab tahun 2009 dampak limbah air panas bagi terumbu karang pkn kelas 4 semester 2

. UNGGUL DALAM PRESTASI, BERBUDAYA, BERIMAN DAN BERTAQWA

Indikator-indikator VISI . Unggul dalam kedisiplinan siswa. 7. Taat melaksanakan Ibadah sesuai dengan agama .

indikator kedisiplinan.pdf - PDFQueen - PDF Search engine. Free unlimited pdf search and download.

indikator kedisiplinan.pdf - PDFQueen - PDF Search engine. Free unlimited pdf search and download.

Indikator kedisiplinan pegawai, terlihat adanya pemenuhan kehadiran bekerja pada jam kerja kantor yang telah ditentukan, sesuai dengan peraturan yang berlaku dengan .

APA SAJA INDIKATOR DISIPLIN BELAJAR ITU?

Disiplin dalam pengertian yang amat dasar ada dua.
1) Ketaatan pada tata tertib,
2) Latihan batin dan watak dengan maksud akan mentaati peraturan .
arti disiplin adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan tata tertib, karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada hatinya.

Dilihat dari sudut pandang sosiologis dan psikologis, disiplin adalah suatu proses belajar mengembangkan kebiasaan–kebiasaan, penugasan diri, dan mengakui tanggung jawab pribadinya terhadap masyarakat, Maka kedisiplinan anak didik dalam mengikuti suatu kegiatan pun akan menimbulkan sikap tanggung jawab, atau disiplin dalam menghadapi pelajaran atau dalam belajarnya.

dgn demikian indikator disiplin belajar dapat dilihat dalam proses belajar dan hasil belajar....

dalam proses belajar indikatornya bisa di lihat dari...
- kehadiran di kelas
- motivasi belajar
- partisipasi dalam kelas

indikator hasil belajar..
- nilai ulangannya tuntas.....mencapai SKBM( Standar Ketuntasan Belajar Minimal)

ASAS ASAS METODE PEMBELAJARAN DAN UPAYA MENERAPKAN DISIPLIN BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN ...

Peran guru dalam proses pembelajaran tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah materi yang akan diberikan kepada anak didiknya, tetapi juga ia dituntut untuk menguasai berbagai metode dan teknik pembelajaran guna menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Tujuan penggunaan metode dalam proses pembelajaran menurut Muhaimin dan Abdul Mujib (1993:232) adalah “untuk menjadikan proses dan hasil belajar mengajar lebih berdayaguna dan berhasilguna dan menimbulkan motivasi serta gairah belajar pada siswa”.

Fungsi penggunaan metode dalam proses pembelajaran menurut Purwanto (1998:131) ialah “mengarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada siswa untuk belajar berdasarkan motivasi, serta mendorong kerjasama guru dengan siswa dalam proses pembelajaran”. Di samping itu, menurut Tafsir (1994:42) fungsi lain dari metode pembelajaran adalah “memberi inspirasi pada anak didik melalui proses hubungan yang serasi antara guru dan siswa yang seiring dengan tujuan pembelajaran”.

Metode pembelajaran merupakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis dalam kegiatan pembelajaran yang terealisasi melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan oleh guru agar siswa mengetahui, memahami, menghayati dan meyakini materi yang diberikan, serta siswa dapat meningkatkan keterampilan olah pikir. Hasil yang diharapkan dari penggunaan metode pembelajaran adalah membuat perubahan sikap dan motivasi siswa dalam belajar.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode pembelajaran menurut Uwes (1991:56) adalah:

1. Tujuan pendidikan

Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan “untuk apa” pendidikan itu dilaksanakan. Tujuan Pendidikan mencakup tiga aspek yaitu aspek kognitif (pembinaan akal pikiran, seperti kecerdasan, kepandaian, daya nalar), aspek afektif (pembinaan hati, seperti pengembangan rasa, kalbu dan rohani) dan aspek psikomotorik (pembinaan jasmani, seperti badan sehat, mempunyai keterampilan).

2. Anak didik

Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan “untuk siapa” dan bagaimana tingkat kematangan, kesanggupan, kemampuan yang dimilikinya.

3. Situasi

Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan “bagaimana” serta kondisi lingkungan yang mempengaruhinya.

4. Fasilitas

Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan “di mana” dan “bilamana” termasuk juga berbagai fasilitas dan kuantitasnya.

5. Pribadi pendidik

Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan “oleh siapa” serta kompetensi dan kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.

Sementara, Muhaimin dan Abdul Mujib (1993:234-240) mengemukakan asas-asas yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode pembelajaran sebagai berikut.

Pertama, asas motivasi; pendidik harus berusaha membangkitkan motivasi anak didiknya sehingga seluruh perhatian mereka tertuju dan terpusat pada bahan pelajaran yang sedang disajikan. Kedua, asas aktivitas; dalam proses belajar mengajar, anak didik harus diberikan kesempatan untuk aktif dalam pengajaran yang akan diberikan, secara individu maupun kolektif. Asas ini menghindari adanya verbalistik bagi anak didik. Ketiga, asas apersepsi; mengalami dalam proses belajar berarti menghayati suatu situasi aktual yang sekaligus menimbulkan respons-respon tertentu dari pihak anak didik sehingga memperoleh perubahan pola tingkah laku (pematangan dan kedewasaan), perubahan dalam perbendaharaan konsep-konsep (pengertian) dan kekayaan akan informasi. Asas apersepsi bertujuan menghubungkan bahan pelajaran yang akan diberikan dengan apa yang telah dikenal oleh anak didik. Keempat, asas peragaan; dalam asas ini, guru memberikan variasi dalam cara-cara mengajar dengan mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata, baik dalam bentuk aslinya maupun tiruan (model-model), sehingga anak didik dapat mengamati dengan jelas dan pembelajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kelima, asas ulangan; asas yang merupakan usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau keberhasilan belajar anak didik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, serta sikap setelah mengikuti pelajaran sebelumnya, mengingat penguasaan pengetahuan mudah terlupakan oleh anak didik jika dialami sekali atau diingat setengah-setengah. Oleh karena itu, pengetahuan yang sering diulang-ulang akan menjadi pengetahuan yang tetap berkesan dalam ingatan dan dapat difungsikan dengan baik. Keenam, asas korelasi; peristiwa belajar mengajar adalah menyeluruh, mencakup berbagi dimensi yang kompleks. Guru hendaknya memandang anak didik sebagai sejumlah daya-daya yang dinamis yang senantiasa ada dalam keadaan berinteraksi dengan dunia sekitar untuk mencapai tujuan. Hal ini yang menyebabkan anak didik dalam menerima pelajaran bersifat selektif kemudian bereaksi mengelolanya. Itulah sebabnya dalam setiap pembelajaran, guru harus menghubungkan suatu bahan dengan bahan pelajaran lainnya, sehingga membentuk mata rantai yang erat. Asas korelasi akan menimbulkan asosiasi dan apersepsi dalam kesadaraan dan sekaligus membangkitkan motivasi anak didik terhadap mata pelajaran. Ketujuh, asas konsentrasi; yaitu asas yang memfokuskan pada suatu pokok masalah tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran serta memperhatikan anak didik dalam segala aspeknya. Asas ini dapat diupayakan dengan memberikan masalah yang menarik seperti masalah yang baru muncul. Kedelapan, asas individualisasi; yaitu asas yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individu, baik pembawaan dan lingkungan yang meliputi seluruh pribadi anak didik, seperti perbedaan jasmani, watak, intelegensi, bakat serta lingkungan yang mempengaruhinya. Aplikasi asas ini adalah guru dapat mempelajari pribadi setiap anak, terutama tentang kepandaian, kelebihan, serta kekurangan dan memberi tugas sebatas dengan kemampuannya. Kesembilan, asas sosialisasi; yaitu asas yang memmperhatikan penciptaan suasana sosial yang dapat membangkitkan semangat kerjasama antara anak didik dengan guru atau sesama anak didik dan masyarakat sekitarnya. Dalam menerima pelajaran agar lebih berdaya guna dan berhasil guna, guru dapat memfungsikan sumber-sumser fasilitas dari masyarakat untuk kepentingan pembelajaran dengan cara membawa anak didik untuk karyawisata, survey, pengabdian kepada masyarakat, dan perkemahan (school camping). Kesepuluh,asas evaluasi; memperhatikan hasil dari penilaian terhadap kemampuan yang dimiliki anak didik sebagai feed-back bagi guru dalam memperbaiki cara mengajar. Asas evaluasi tidak hanya diperuntukan bagi anak didik, tetapi juga bagi guru yaitu sejauhmana keberhasilannya dalam melaksanakan tugasnya. Kesebelas, asas kebebasan; yaitu asas yang memperhatikan kekuasaan, keinginan dan tindakan bagi anak didik dengan dibatasi oleh kebebasan yang mengacu pada hal-hal yang positif. Asas ini mengandung tiga aspek yaitu self-directednees, self-discipline dan self- control.

Asas lainnya yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode pembelajaran menurut Muhaimin dan Abdul Mujib (1993) adalah:

Asas lingkungan, asas pusat-pusat motivasi, asas keteladanan, asas globalisasi dan asas pembiasaan”. Asas lingkungan, yaitu asas yang menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan. Asas pusat-pusat motivasi, yaitu asas yang memperhatikan kecenderungan jiwa yang tetap ke sesuatu hal yang berharga bagi seseorang. Sesuatu berharga apabila sesuai dengan kebutuhan. Asas ketauladanan, yaitu kecenderungan belajar lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang di sekitarnya. Asas globalisasi, yaitu asas sebagai akibat dari pengaruh psikologi totalitas yaitu anak didik bereaksi terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, sosial, dan sebagainya. Serta, asas pembiasaan, yaitu asas yang memperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh anak didik. Pembiasaan merupakan upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan anak didik.

Asas-asas yang dikemukakan di atas adalah aspek-aspek yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh guru dalam merencanakan dan menetapkan metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dahlan (1989:30) mengemukakan bahwa “metode apa pun yang dipergunakan dalam pembelajaran, apakah itu ceramah, tanya jawab, diskusi, drill dan lain sebagainya, selayaknya yang harus diperhatikan adalah orientasinya pada pembangkitan sikap dan motivasi belajar serta peningkatan disiplin belajar siswa”.

Disiplin Belajar Siswa

Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan meningkatkan kualitas kepribadian muslim(akhlakul karimah) peserta didik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Paraba (1999:5) mengemukakan bahwa “materi pendidikan agama Islam di sekolah meliputi tujuh unsur pokok, yaitu: keimanan, ibadah, Al Qur’an, akhlak, syariah, muamalah dan tarikh”. Pemberian materi-materi pendidikan agama Islam tersebut diarahkan untuk memberikan bekal pengetahuan kepada peserta didik agar meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Guru PAI mempunyai peran dan fungsi penting dalam mewujudkan tujuan pemberian pendidikan agama tersebut kepada siswa. Oleh karena itu, guru PAI dituntut untuk terus meningkatkan kemampuan dan kualitas dirinya dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya sebagai pendidik. Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan oleh guru PAI sesuai dengan kedudukan dan fungsinya sebagai pendidikan adalah bagaimana menumbuhkan kedisiplinan kepada siswa, karena masalah kedisiplinan merupakan salah satu faktor penting yang harus ditanamkan ke dalam diri siswa untuk membentuk kepribadian siswa yang akhlakul karimah.

Pada hakikatnya disiplin itu bagian dari pendidikan, karena tanpa disiplin tidak akan ada pendidikan dan pendidikan merupakan satu proses yang perlu dibiasakan pelaksanaannya, seperti norma‑norma yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat. Kaitan antara disiplin dan pendidikan ialah bahwa disiplin yang semula sebagai prasyarat dalam proses pendidikan (belajar) pada akhimya akan menjadi baku dan membudaya sehingga selanjutnya disiplin itu merupakan hasil dari pendidikan.

Dalam sikap dan tindakannya, manusia dituntut untuk dapat membina dan menegakkan tiga jenis disiplin, yakni displin diri, disiplin sosial, dan disiplin nasional. Sikap ini merupakan sikap mental yang tidak muncul dengan sendirinya melainkan melalui suatu proses yang panjang dimulai sejak kanak‑kanak sampai dewasa.

Apabila di analisa, menurut Surya (2002:108) disiplin mengandung beberapa unsur, unsur tersebut adalah adanya sesuatu yang harus ditaati atau ditinggalkan (peraturan, tata. tertib, undang‑undang atau norma) dan adanya proses sikap seseorang terhadap hal di atas.

Dalam kaitan belajar, disiplin merupakan prasyarat utama untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. Tanpa disiplin yang kuat maka kegiatan belajar hanya merupakan aktivitas yang kurang bernilai, tanpa mempunyai makna dan target apa-apa. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk meningkatkan disiplin belajar adalah hal penting yang harus dilakukan dalam rangka mencapai keberhasilan belajar.

Di samping itu, pemberian keteladanan dari guru dalam kegiatan pembelajaran merupakan hal lain yang penting dalam menumbuhkan disiplin belajar bagi siswa. Keteladanan guru dalam hal disiplin merupakan salah satu “senjata ampuh” dalam membimbing dan mengarahkan siswa agar disiplin dalam belajar.

Disiplin dalam belajar penting artinya bagi kegiatan belajar, suasana yang menyenangkan dapat menumbuhkan kegairahan belajar, sedangkan suasana yang kacau, ramai, tak tenang, dan banyak gangguan sudah tentu tidak menunjang kegiatan belajar yang efektif. Karena guru dan siswa senantiasa dituntut agar menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik dan menyenangkan, menantang dan menggairahkan. Hal ini berarti bahwa disiplin belajar turut menentukan motivasi, kegiatan, keberhasilan belajar siswa.

Keberhasilan guru dalam menjalankan fungsinya untuk menumbuhkan kedisiplinan kepada siswa dapat dilihat dari pendapat siswa sebagai feedback untuk mengevaluasi pelaksanaan fungsi guru dimaksud. Pendapat siswa ini dapat bersifat positif dan juga dapat negatif. Sikap siswa yang menerima, menyukai, memandangnya sebagai sesuatu yang memotivasi dirinya, dan perhatian pada guru, merupakan indikator dari pendapat positif siswa terhadap guru. Sedangkan sikap siswa yang menghindar, menolak, acuh tak acuh, dan tidak menyukai keberadaan guru, merupakan indikator dari pendapat siswa yang negatif terhadap guru (Purwanto, 1998:171).

Adapun tugas guru dalam pendidikan Islam, menurut Muhaimin dan Abdul Mujib (1999) adalah sebagai pengajar (instruksional), pendidik (educator) dan sebagai pemimpin (managerial). Dalam konteks tugas guru sebagai pendidik, maka guru mempunyai peran untuk mengarahkan anak didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil seiring dengan tujuan Allah menciptakannya. Dalam peran inilah, penanaman kedisiplinan kepada siswa merupakan salah satu tugas utama guru dalam proses pendidikan. Upaya guru untuk menumbuhkan kedisiplinan kepada siswa dengan merujuk kepada pendapat Muhaimin dan Abdul Mujib (1999) dapat dirumuskan dalam indikator: kedisiplinan siswa dalam belajar, dalam beribadah, dalam memanfaatkan waktu, serta ketaatan dan kepatuhan siswa terhadap peraturan sekolah.

Dari uraian di atas nampak bahwa upaya menumbuhkan disiplin siswa dalam proses pembelajaran mempunyai peran penting dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran dan turut menentukan prestasi belajar siswa.


"KORELASI ANTARA KEDISIPLINAN DI SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI".

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan wawancara dari salah satu guru, dari seluruh jumlah siswa kelas XI yang ada, ada beberapa siswa yang tidak melakukan disiplin di sekolah. Siswa tersebut adalah siswa yang aktif dalam arti siswa yang sering tidak disiplin di sekolah. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari beberapa siswa tersebut sering kali terlambat masuk sekolah, bolos, tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR), keluar tanpa izin, dan tidak menghiraukan ketika guru menerangkan pelajaran dikarenakan mereka tidak bisa mengatur waktu. Karena seringnya tidak berdisiplin masuk sekolah, maka motivasi belajar mereka menurun. Dalam hal ini yang berperan penting adalah lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga untuk memotivasi siswa tersebut untuk berdisiplin di sekolah dan menjelaskan atau memberi tahu tentang dampak negatif jika mereka tidak berdisiplin di sekolah.

Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan siswa terhadap berbagai aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa.

Kedisiplinan merupakan hal penting dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di lingkungan sekolah. Mentaati tata tertib di sekolah, pola hidup dan kegiatan yang berdisiplin bagi siswa maupun siswi akan memotifikasi dan meningkatkan motivasi belajar di sekolah, itu dapat diterapkan dengan dan tidak melanggar peraturan yang sudah ditetapkan. Peningkatan motivasi belajar siswa bisa dilihat dari kedisiplinan yang diterapkan untuk dirinya sendiri, dipastikan dapat melakukan kedisiplinan sekolah tanpa adanya rasa keterpaksaan.

Memahami dan menyadari kedisiplinan bagi individu maupun lingkungan itu sangat penting. Selain untuk melatih mengendalikan diri, mengho rmati dan bertanggung jawab terhadap tata tertib di sekolah. Kedisiplinan juga memegang peranan penting guna mengendalikan tingkah laku siswa-siswi selama di sekolah dan kedisiplinan di sekolah juga memegang peranan penting karena jika tanpa disiplin anak akan menjadi orang yang bimbang, tidak terkendali dan tidak bisa mengambil keputusan. Dorongan untuk disiplin diri adalah dorongan dari luar.

Manusia yaitu pengetahuan kesadaran dan kemauan membuat disiplin seperti adanya perintah, pengawasan, ancaman, larangan, pujian dan hukuman. 1 Pelanggaran kedisiplinan juga sering terjadi di sekolah, jenis pelanggran terjadi karena masalah tingkah laku siswa yang bertahan dan kurang membentuk kesanggupan disiplin diri. Pengendalian tingkah laku, memerlukan bimbingan
1 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing. (Jakarta: Gunung Mulia, 1995), 135

guru, seperti keterlambatan, pembolos, perkelahian, menyontek yang pada akhirnya akan mempengaruhi motivasi belajar siswa di sekolah.

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang berarti latihan yang batin atau watak dengan maksud supaya segala perbuatan selalu mentaati tata tertib sedangkan arti kedisiplinan adalah melaksanakan tata tertib (peraturan) yang berlaku pada sistem tersebut. Di suatu sekolah kedisiplinan merupakan hal yang paling penting bagi siswa siswi, maupun guru. Mentaati tata tertib yang ada di sekolah adalah salah satu cara untuk berdisiplin. Pola hidup dan kegiatan yang
berdisiplin akan menguntungkan individu maupun lingkungan. Tata tertib yang dibuat oleh suatu sekolahan harus dipatuhi dan tidak boleh di langgar.

Kita seharusnya memahami dan menyadari betapa penting kedisiplinan bagi individu maupun lingkungan. Kedisiplinan merupakan awal mencapai kesuksesan. Di suatu sekolah kedisiplinan merupakan hal yang penting bagi siswa-siswi maupun para guru. Mentaati tata tertib sekolah dan hal itu menyebabkan motivasi belajar seorang siswa menjadi meningkat dan tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. Peningkatan motivasi belajar siswa bisa dilihat dari kedisiplinan yang diterapkan. Apabila siswa itu bisa berdisiplin untuk dirinya sendiri bisa dipastikan siswa tersebut dapat melakukan kedisiplinan sekolah dan mentaati segala tata tertib yang berlaku di sekolah tanpa adanya rasa keterpaksaan. Kedisiplinan di sekolah bisa kita ketahui dalam bentuk datang tepat waktu, tidak meninggalkan kalau tidak ada urusan penting, mengikuti upacara bendera, mengerjakan tugas tepat waktu, dan tidak melanggar tata tertib dari sekolah.

Adapun kedisiplinan di sekolah pada dasarnya berfungsi untuk melatih mengendalikan diri, menghormati dan bertanggung jawab terhadap peraturanperaturan di sekolah. Kedisiplinan di sekolah itu sendiri memegang peranan penting guna mengendalikan tingkah laku anak selama di sekolah.

Jenis-jenis pelanggaran kedisiplinan siswa di sekolah, menurut pendapat Singgih D Gunarsa menyebutkan: "Masalah tingkah laku di sekolah yang bertahan dan kurang pembentukan kesanggupan disiplin diri. Pengendalian tingkah laku dan memerlukan bimbingan guru adalah antara lain keterlambatan, membolos, perkelahian, menyontek dan sebagainya.2 Berdasarkan keterangan di atas, permasalahan pelanggaran disiplin di sekolah dapat dilihat dalam berbagai hal antara lain melanggar tata tertib sekolah, terlambat masuk sekolah, terlambat mengumpulkan tugas, mengerjakan PR di sekolah, keluar tanpa izin, berada di kantin saat ganti pelajaran dan sebagainya.

Disiplin di sekolah merupakan usaha untuk memperkenalkan cara atau memberikan pengalaman yang baik. Disiplin disini bukanlah suatu tata tertib sekolah melainkan sikap dan tanggung jawab jika setiap individu mempunyai kedisiplinan, maka tata tertib sekolah akan terjamin dan disiplin akan terlihat jika tanpa disertai hukuman, anak sudah dapat bertingkah laku dan memilih

2 Ibid,…139

perbuatan-perbuatan yang diharapkan darinya. Karena kedisiplinan sangat berhubungan erat dengan motivasi belajar seseorang siswa.

Mengingat sering timbulnya masalah pelanggaran peraturan yang dilakukan peserta didik di lingkungan Madrasah Aliyah Negeri Pasuruan, maka kedisiplinan di sekolah sangat penting dan diperlukan dalam usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di lingkungan sekolah.

Dengan berdisiplin siswa diharapkan bisa melakukan penyesuaian diri dari berbagai peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah, sehingga dengan mentaati tata tertib di sekolah itu akan menyebabkan motivasi belajar seorang siswa menjadi meningkat. Dan disinilah perlunya perlunya kedisiplinan di sekolah Madrasah Aliyah Negeri Pasuruan guna mengendalikan tingkah laku siswa-siswi selama di sekolah.

Kedisiplinan di sekolah merupakan hal yang penting dalam menumbuhkan atau meningkatkan motivasi belajar seorang siswa. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari – hari bahwa siswa yang tidak disiplin di sekolah maka motivasi belajar rendah atau menurun dan juga sebaliknya. Mengingat motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam segala kegiatan terutama motivasi belajar, sehingga dapat dikatakan bahwa kedisiplinan di sekolah merupakan alat yang penting atau pendorong dalam menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar seorang siswa. Disinilah semua guru di sekolah Madrasah Aliyah Negeri

Pasuruan berusaha memberikan contoh dan dorongan dalam melaksanakan kedisiplinan di sekolah guna meningkatkan motivasi belajar siswa.

Karena adanya permasalahan di atas, maka peneliti ingin mengangkat judul skripsi yang berkaitan dengan judul "KORELASI ANTARA KEDISIPLINAN DI SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti akan merumuskan masalah yang akan diungkapkan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kedisiplinan di sekolah siswa di ....?
2. Bagaimana motivasi belajar siswa di ...?
3. Adakah korelasi antara kedisiplinan di sekolah dengan motivasi belajar siswa kelas XI? Jika ada, Sejauh mana korelasi antara kedisiplinan di sekolah dengan motivasi belajar siswa kelas XI?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan atas permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana kedisiplinan di sekolah siswa di .....
2. Untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa di ....
3. Untuk mengetahui adakah ada korelasi antara kedisiplinan di sekolah dengan motivasi belajar siswa kelas XI . Jika ada, seberapa besar korelasi antara kedisiplinan di sekolah dengan motivasi belajar siswa kelas XI.

D. Manfaat Penelitian
1. Untuk memenuhi satuan kredit semester progam S1 dalam ilmu pendidikan di...
2. Sebagai sumbangsih pemikiran dalam rangka peningkatan aspek pendidikan dan pengembangan bimbingan dan konseling terutama untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara kedisiplinan di sekolah dengan motivasi belajar pada siswa.
3. Dapat dijadikan masukan bagi para guru BK dalam rangka membantu siswa untuk berdisiplin di sekolah dan memotivasi siswa untuk lebih meningkatkan motivasi belajar.
4. Dapat bermanfaat bagi peneliti berikutnya sebagai refrensi yang apabila adanya relevansi masalah yang sedang diteliti.

E. Definisi Operasional
Untuk memperoleh lebih jelas mengenai judul skripsi yang peneliti susun ini, maka peneliti disini merasa perlu untuk menjelaskan definisi operasional dalam skripsi ini yaitu:
1. Korelasi
Adalah hubungan antara dua hal atau masalah, namun tidak selamanya saling menyebabkan antara satu dengan yang lainnya.3
2. Kedisiplinan di sekolah
Taat dan patuh terhadap peraturan yang dibuat bersama atau oleh dirisendiri.4 Kedisiplin di sekolah adalah usaha sekolah untuk memeliharaperilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untukberperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku disekolah.5 Sedangkan menurut Harris Clemes adalah Hubungan antara anggota-anggota personal sekolah menawarkan suatu dasar pengambilan keputusan dan menjadikannya model di dalam cara mengadakan perubahan yang seharusnya terjadi di dalam sekolah.

Dari kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kedisiplinan adalah suatu sikap secara sukarela untuk mematuhi tata
3 M. Dahlan dan Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual. (Surabaya:
Target Press, 2003), 422
4 M. Dahlan dan Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual. (Surabaya:
Target Press, 2003), 144
5 http://www.bruderfic.or.id/h-23/definisi-disiplin-sekolah.html

tertib di dalam menjalankan peraturan-peraturan di sekolah melalui latihan dan pengalaman sendiri.
Adapun indikator kedisiplinan yaitu meliputi :
a. Kehadiran siswa di sekolah
b. Pekerjaan dan pengumpulan tugas
c. Proses belajar mengajar dan
d. Tata tertib sekolah

3. Motivasi belajar
Kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan belajar murid.6 Motivasi belajar adalah kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan belajar murid.7 Sedangkan menurut Winkel motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar itu demi mencapai suatu tujuan.8 Dari kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan atau kehendak yang menyebabkan seseorang untuk nmelakukan sesuatu perbuatan guna untuk mencapai suatu tujuan.

6 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), 162
7 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), 16
8 Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), 114

Adapun indikator motivasi belajar yaitu meliputi :
a. Percaya diri,
b. Mandiri dan
c. Kemampuan belajar.

F. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan skripsi ini agar dapat memperoleh gambaran lebih jelas dan menyeluruh isinya, maka secara global dapat dilihat pada sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan

BAB II adalah berbicara tentang kajian teoritis yang pembahasannya terdiri dari Kedisiplinan Siswa di Sekolah meliputi: pengertian kedisiplinan siswa di sekolah, dasar-dasar kedisiplinan, tujuan kedisiplinan siswa di sekolah, faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan, upaya mendisiplinkan siswa. Dan sedangkan Motivasi Belajar yang meliputi: pengertian motivasi belajar, macam-macam motivasi, prinsip-prinsip motivasi, bentuk-bentuk memotivasi, upaya
meningkatkan motivasi belajar. Kemudian memabahas tentang korelasi antara kedisiplinan di sekolah dengan motivasi belajar siswa kelas XI.

BAB III adalah metode penelitian yang berisi tentang jenis dan sumber data, populasi dan sampel, tehnik pengumpulan data, tehnik analisa data.

BAB IV adalah berisi tentang laporan hasil penelitian, yang terdiri dari latar belakang obyek, penyajian data, dan analisis data.

BABV adalah merupakan bab yang terakhir dalam penelitian skripsi ini yang memuat kesimpulan dari seluruh rangkaian penelitian dan sebagai penutup adalah saran-saran dari peneliti.

ANGKET KEDISIPLINAN SISWA

DISIPLIN SEKOLAH

1. Pengertian Disiplin

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang juga tidak. Kegiatan yang kita laksanakan secara tepat waktu dan dilaksanakan secara kontinyu, maka akan menimbulkan suatu kebiasaan. Kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan secara teratur dan tepat waktulah yang biasanya disebut disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Disiplin diperlukan di manapun, karena dengan disiplin akan tercipta kehidupan yang teratur dan tertata. Untuk lebih memahami tentang disiplin, berikut akan diuraikan pengertian disiplin dari beberapa ahli.

a) Menurut Lembaga Ketahanan Nasional Indonesia (Lemhanas) (1997:12) disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk kepada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.

b) Menurut Prijodarminto (1994) dalam Tu’u (2004:31) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan berbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan keterikatan.

c) Menurut Maman Rachman (1999) dalam Tu’u (2004:32) menyatakan disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya.

d) Gordon (1996:3-4) membedakan kata disiplin dengan mendisiplin. Disiplin biasanya diartikan sebagai perilaku dan tata tertib yang sesuai dengan peraturan dan ketetapan, atau perilaku yang diperoleh dari pelatihan, seperti disiplin dalam kelas atau disiplin dalam tim bola basket yang baik. Sedangkan kata mendisiplin didefinisikan sebagai menciptakan keadaan tertib dan patuh dengan pelatihan dan pengawasan dan menghukum atau mengenakan denda, membetulkan, menghukum demi kebiasaan.

Dari uraian pengertian disiplin di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud disiplin adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan tata tertib atau aturan yang berlaku baik yang muncul dari kesadaran dirinya maupun karena adanya sanksi atau hukuman.

2. Pengertian Disiplin Belajar

Dari pengertian disiplin dan pengertian belajar di atas maka yang dimaksud disiplin belajar dalam penelitian ini adalah sikap atau tingkahlaku siswa yang taat dan patuh untuk dapat menjalankan kewajibannya untuk belajar, baik belajar di sekolah maupun belajar di rumah. Indikator disiplin belajar dalam penelitian ini adalah: ketaatan terhadap tata tertib sekolah, ketaatan terhadap kegiatan belajar di sekolah, ketaatan dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran, dan ketaatan terhadap kegiatan belajar di rumah.

3. Perlunya Disiplin

Disiplin diperlukan oleh siapapun dan di manapun, begitupun seorang siswa dia harus disiplin baik itu disiplin dalam menaati tata tertib sekolah, disiplin dalam belajar di sekolah, disiplin dalam mengerjakan tugas, maupun disiplin dalam belajar di rumah, sehingga akan dicapai hasil belajar yang optimal. Disiplin berperan penting dalam membentuk individu yang berciri keunggulam. Menurut Tu’u (2004:37) disiplin penting karena alasan berikut ini:

a. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam belajarnya. Sebaliknya siswa yang kerap kali melanggar ketentuan sekolah pada umumnya terhambat optimalisasi potensi dan prestasinya

b. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif disiplin memberi dukungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran

c. Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan norma norma, nilai kehidupan, dan disiplin. Dengan demikian anak-anak dapat menjadi individu yang tertib, teratur, dan disiplin.

d. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja.

Kesadaran pentingnya norma, aturan, kepatuhan, dan ketaatan merupakan prasarat kesuksesan seseorang Sedangkan menurut Maman Rachman (1999) dalam Tu’u (2004:35) pentingnya disiplin bagi para siswa adalah sebagai berikut:

a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang

b. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan

c. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukan peserta didik terhadap lingkunganya

d. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya

e. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah

f. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar

g. Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat baginya dan lingkungannya

h. Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin yang tumbuh secara sadar akan membentuk sikap, perilaku, dan tata kehidupan yang teratur yang akan menjadikan siswa sukses dalam belajar.

4. Fungsi Disiplin

Fungsi disiplin sangat penting untuk ditanamkan pada siswa, sehingga siswa menjadi sadar bahwa dengan disiplin akan tercapai hasilbelajar yang optimal. Fungsi disiplin menurut Tu’u (2004:38-44) adalahsebagai berikut:

a. Menata kehidupan bersama

Manusia merupakan mahluk sosial. Manusia tidak akan bisa hidup tanpa batuan orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi pertikaian antara sesama orang yang disebabkan karena benturan kepentingan, karena manusia selain sebagai mahluk sosial ia juga sebagai mahluk individu yang tidak lepas dari sifat egonya, sehingga kadangkadang di masyarakat terjadi benturan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan bersama. Di sinilah pentingnya disiplin untuk mengaur tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Sehingga kehidupan bermasyarakat akan tentram dan teratur.

b. Membangun kepribadian

Kepribadian adalah keseluruhan sifat, tingkah laku yang khas yang dimiliki oleh seseorang. Antara orang yang satu dengan orang yang lain mempunyai kepribadian yang berbeda. Lingkungan yang berdisiplin baik sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, dan tentram sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik.

c. Melatih kepribadian yang baik

Kepribadian yang baik selain perlu dibangun sejak dini, juga perlu dilatih karena kepribadian yang baik tidak muncul dengan sendirinya. Kepribadian yang baik perlu dilatih dan dibiasakan, sikap perilaku dan pola kehidupan dan disiplin tidak terbentuk dalam waktu yang singkat, namun melalui suatu proses yang membutuhkan waktu lama.

d. Pemaksaan

Disiplin akan tercipta dengan kesadaran seseorang untuk mematuhi semua ketentuan, peraturan, dan noma yang berlaku dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Disiplin dengan motif kesadaran diri lebih baik dan kuat. Dangan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Misalnya, ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yang berdisiplin baik, maka ia terpaksa harus menaati dan mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut.

e. Hukuman

Dalam suatu sekolah tentunya ada aturan atau tata tertib. Tata tertib ini berisi hal-hal yang positif dan harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Hukuman berperan sangat penting karena dapat memberi motifasi dan kekuatan bagi siswa untuk mematuhi tata tertib dan peraturan-peraturan yang ada, karena tanpa adanya hukuman sangat diragukan siswa akan mematuhi paraturan yang sudah ditentukan.

f. Menciptakan lingkungan yang kondusif

Disiplin di sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses kegiatan pendidikan berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru dan bagi para siswa, serta peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen, dengan demikian diharapkan sekolah akan menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram, dan teratur.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Membentuk Disiplin

Perilaku disiplin tidak akan tumbuh dengan sendirinya, melainkan perlu kesadaran diri, latihan, kebiasaan, dan juga adanya hukuman. Bagi siswa disiplin belajar juga tidak akan tercipta apabila siswa tidak mempunyai kesadaran diri. Siswa akan disiplin dalam belajar apabila siswa sadar akan pentingnya belajar dalam kehidupannya. Penanaman disiplin perlu dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan keluarga. Mulai dari kebiasaan bangun pagi, makan, tidur, dan mandi harus dilakukan secara tepat waktu sehingga anak akan terbiasa melakukan kegiatan itu secara kontinyu. Menurut Tu’u (2004:48-49) mengatakan ada empat faktor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin yaitu:

a) Kesadaran diri

Sebagai pemahaman diri bahwa disiplin penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya disiplin. Disiplin yang terbentuk atas kesadarn diri akan kuat pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman.

b) Pengikutan dan ketaatan

Sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat.

c) Alat pendidikan

Untuk mempengaruhi, mengubah, membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

d) Hukuman

Seseorang yang taat pada aturan cenderung disebabkan karena dua hal, yang pertama karena adanya kesadarn diri, kemudian yang kedua karena adanya hukuman. Hukuman akan menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah, sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.

Lebih lanjut Tu’u (2004:49-50) menambahkan masih ada faktorfaktor lain yang berpengaruh dalam pembentukan disiplin yaitu.

a. Teladan

Teladan adalah contoh yang baik yang seharusnya ditiru oleh orang lain. Dalam hal ini siswa lebih mudah meniru apa yang mereka lihat sebagai teladan (orang yang dianggap baik dan patut ditiru) daripada dengan apa yang mereka dengar. Karena itu contoh dan teladan disiplin dari atasan, kepala sekolah dan guru-guru serta penata usaha sangatberpengaruh terhadap disiplin para siswa.

b. Lingkungan berdisiplin

Lingkungan berdisiplin kuat pengaruhnya dalam pembentukan disiplin dibandingkan dengan lingkungan yang belum menerapkan disiplin. Bila berada di lingkungan yang berdisiplin, seseorang akan terbawa oleh lingkungan tersebut.

c. Latihan berdisiplin

Disiplin dapat tercapai dan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan. Artinya melakuakn disiplin secara berulang-ulang dan membiasakannya dalam praktik-praktik disiplin sehari-hari. Sedangkan menurut Lemhanas (1997:15) terbentuknya disiplin karena alasan berikut.

a. Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan, dan diterapkan dalam semua aspek, menerapkan sanksi serta dengan bentuk ganjaran dan hukuman sesuai dengan amal perbuatan para pelaku.

b. Disiplin seseorang adalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungan sosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin tunduk pada kaidah-kaidah proses belajar.

c. Dalam membentuk disiplin ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar, sehingga mampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain karena tingkah laku yang diinginkannya.

6. Indikator Disiplin Belajar

Menurut Arikunto (1990:137) dalam penelitian mengenai kedisiplinnannya membagi tiga macam indikator kedisiplinan, yaitu: 1) perilaku kedisiplinan di dalam kelas, 2) perilaku kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah, dan 3) perilaku kedsiplinan di rumah. Tu’u (2004:91) dalam penelitian mengenai disiplin sekolah mengemukakan bahwa indikator yang menunjukan pergeseran/perubahan hasil belajar siswa sebagai kontribusi mengikuti dan menaati peraturan sekolah adalah meliputi: dapat mengatur waktu belajar di rumah, rajin dan teratur belajar, perhatian yang baik saat belajar di kelas, dan ketertiban diri saat belajar di kelas. Sedangkan menurut Syafrudin dalam jurnal Edukasi (2005:80) membagi indikator disiplin belajar menjadi empat macam, yaitu: 1) ketaatan terhadap waktu belajar, 2) ketaatan terhadap tugas-tugas pelajaran, 3) ketaatan terhadap penggunaan fasilitas belajar, dan 4) ketaatan menggunakan waktu datang dan pulang.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini penulis membagi indikator disiplin belajar menjadi empat macam, yaitu:

a. Ketaatan terhadap tata tertib sekolah

b. Ketaatan terhadap kegiatan belajar di sekolah

c. Ketaaatan dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran

d. Ketaatan terhadap kegiatan belajar di rumah

Angket Kedisiplinan Siswa Disekolah

Disiplin sekolah adalah usaha sekolah dalam memelihara prilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk sesuai norma, peraturan dan tata tertip yang berlaku di sekolah. Untuk menilai sejauh mana kedisiplinan siswa disekolah dapat dilihat dari kriteria disiplin sekolah dalam angket berikut :

I. Petunjuk pengisian

1. Bacalah setiap daftar pernyataan dengan teliti

2. Semua jawaban tidak ada yang benar dan yang salah sehingga yang diharapkan adalah jawaban yang sesungguhnya dari anda

3. Beri tanda contreng (√ ) pada salah satu pilihan jawaban yang menurut anda paling tepat dan sesuai dengan kondisi yang ada

4. Ada lima sekala yang digunakan dalam tiap pernyataan yaitu

SL = selalu

SR = sering

J = jarang

JS = jarang sekali

TP = tidak pernah

Selamat bekerja

No

Pernyataan

SL

SR

J

JS

TP

A. Pernyataan positif (+)






1

Memakai seragam sekolah






2

Memakai kelengkapan seragam sekolah






3

Datang ke sekolah tepat waktu ( tak pernah terlambat)






4

Masuk ke kelas tepat waktu






5

Mengerjakan tugas dari guru tepat waktu






6

Mengikuti upacara bendera






7

Memberi keterangan saat tidak hadir






8

Meminta izin kepada guru piket ketika ingin meninggalkan sekolah






9

Meminta izin kepada guru mata pelajaran ketika ingin meninggalkan pelajaran






10

Melaksanakan tugas piket dengan penuh tanggung jawab






11

Mambung sampah pada tempatnya






12

Terlibat dalam kegiatan jumat bersih/jumat sehat






13

Membayar SPP tepat waktu






14

Membayar sumbangan lainnya tepat waktu






15

Berbicara sopan pada kepala sekolah, guru, karyawan dan teman






B. Pernyataan negatif (-)






1

Datang terlambat atau tidak tepat waktu






2

Tidak hadir tanpa keterangan






3

Meninggalkan sekolah tanpa izin






4

Tidak mengikuti upacara bendera, tanpa alasan






5

Tidak hadir dalam kegiatan ekstrakulikuler yang dipilihnya






6

Tidak hadir dalam kegiatan pramuka






7

Tidak mengerjakan tugas dari guru






8

Tidak mengikuti kegiatan keagamaan






9

Menyalahgunakan iuran dana komite sekolah dan keuangan sekolah lainnya






10

Bersikap tidak sopan kepada kepala sekolah, guru, karyawan atau siswa lain di lingkunan sekolah






11

Membuat surat izin palsu






12

Makan dikelas pada saat mengikuti pelajaran






13

Meludah di kelas






14

Membawa atau menyulut petasan dan bunyi-bunyian yang lain dilingkungan sekolah






15

Terlibat perkelahian atau tawuran pelajar






16

Membawa bacaan, gambar atau VCD porno






17

Berurusan dengan senjata tajam, minuman keras dan narkoba






18

Membawa dan menghisap rokok dilingkungan sekolah






19

Terlibat dalam pemerasan, pengancaman dan pencurian di lingkungan sekolah






20

Membunag sampah tidak pada tempatnya






21

Terlibat perjudian atau taruhan dan sejenisnya






22

Merusak fasilitas sekolah, mencoret-coret tembok dilingkungan sekolah






23

Membuat gaduh, mengganggu proses KBM atau pada saat upacara






24

Melakukan tindakan asusila






25

Melompat jendela atau pagar sekolah






26

Melawan secara fisik terhadap kepala sekolah, guru dan karyawan






27

Membawa VCD / walkman yang tidak berkaitan dengan pembelajaran






28

Memalsukan tanda tangan






29

Mengganti nilai rapor






30

Menyontek saat ulangan/ujian






31

Memukul, mencederai teman atau orang lain






32

Tidak memakai seragam yang ditentukan sekolah






33

Berpakaian seragam tanpa atribut, tidak lengkap






34

Berpakaian tidak semestinya ( rok terlalu pendek, panjang celana tidak sesuai ketentuan






35

Celana/baju seragam dicoret-coret/disobek/tidak dijahit






36

Bertato, ramput disemir, rambut gondrong






37

Potong rambut gundul






38

Memakai gelang, anting, kalung atau aksesori lainnya ( bagi siswa putra)






39

Memakai perhiasan/ aksesoris/bersolek secara berlebihan, memakai gelang kaki, tintik lebih sepasang ( bagi siswa putri)






40

Meninggalkan pelajaran tanpa izin guru yang bersangkutan






41

Mengotori kelas / lingkungan sekolah






42

Mencemarkan nama baik sekolah






43

Tidak melaksanakan tugas piket






44

Melalaikan tugas jumat bersih/ jumat sehat/ pembinaan wali kelas






45

Lalai mengembalikan barang milik sekolah