Rabu, 13 November 2013

KONSEP DASAR MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH ( MBS )


Manajemen Berbasis sekolah ( MBS ) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat dan bangsa dalam penguasaan ilmu dan tekonologi. Hal tersebut diharapkan dapat dijadikan dasar dan landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan berkelanjutan baik secara makro,meso maupun mikro.
    Istilah Manajemen Berbasis sekolah ( MBS ) merupakan terjemahan dari “School-Based Management”. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat.MBS merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.Otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat. Pelibatan masyarakat dimaksudkan agar mereka lebih memahami,membantu,dan mengontrol pengelolaan pendidikan. MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan,yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi peserta didik. Otonomi dalam manajemen merupakan potensi bagi sekolah untuk meningkatkan kinerja para staf,menawarkan partisipasi langsung kepada kelompok terkait,dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pendidikan.
    MBS yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respon pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat,bertujuan untuk meningkatkan efisiensi mutu dan pemerataan pendidikan.Peningkatan efisiensi antara lain diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi.Sementara peningkatan mutu dapat diperoleh antara lain melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah ,fleksibelitas pengelolaan sekolah dan kelas,peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah,berlakunya system insentif dan desinsentif.Peningkatan pemerataan antara lain diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu.
    MBS menekankan keterlibatan maksimal berbagai pihak,seperti pada sekolah-sekolah swasta,sehingga menjamin partisipasi staf,orang tua,peserta didik dan masyarakat yang lebih luas dalam merumuskan keputusan tentang pendidikan. Kesempatan berpartisipasi tersebut dapat meningkatkan komitmen mereka terhadap sekolah.Selanjutnya aspek tersebut pada selanjutnya akan mendukung efektivitas dalam mencapai tujuan sekolah. Adanya kontrol dari masyarakat dan monitoring dari pemerintah pengelolaan sekolah menjadi akuntabel,transparan,egaliter,dan demokratis,serta menghapuskan sistem monopoli dalam pengelolaan pendidikan.
    Agar prioritas-prioritas pemerintah dilaksanakan oleh sekolah dan semua aktivitas sekolah yang ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik sehingga dapat belajar dengan baik,maka pemerintah perlu merumuskan seperangkat pedoman tentang pelaksanaan MBS.Pedoman tersebut terutama ditujukan untuk menjamin bahwa hasil pendidikan  ( Student Outcome ) terevaluasi dengan baik,kebijakan pemerintah dilaksanakan secara efektif,sekolah dioperasikan dalam rangka yang disetujui pemerintah serta anggaran dibelanjakan sesuai dengan tujuan.Manajemen Berbasis Sekolah menuntut perubahan – perubahan tingkah laku kepala sekolah,guru dan tenaga administrasi dalam mengoperasika sekolah,dan karakteristik MBS bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah,proses belajar mengajar pengelolaan sumber daya manusia dan pengelolaan sumber daya administrasi.(AF)

Kamis, 26 September 2013

The Conductors: Nggak Semua Orang Terlahir Menjadi pemimpin

Gue selalu suka film dokumenter, maka kemarin waktu ke Disc Tarra and nemu film dokumenter asli Indonesia (sutradaranya namanya Ucup) yang ternyata pemenang piala citra 2008, gue pun menjadi riang gembira. Kebetulan (eh, nggak ada si yang kebetulan) gue masuk angin and spend the day di rumah. Jadilah gue sempet nonton film dokumenter ini.
The Conductors adalah cerita tentang 3 conductor atau dirigen dengan style dan crowd-nya masing-masing. Mulai dari Addie MS yang posh, classy dan talented (pemimpin Twilite Orchestra), ke AG Sudibyo yang punya keinginan kuat (pemimpin paduan suara UI yang sekali nyanyi bisa 2000 orang sekaligus) serta Yuli Soemphil yang passionate (pemimpin lagu-lagu Aremania, supporter sepak bola Arema Malang).
I learned couple of things:

  • Waktu Addie MS diminta untuk konser di tengah-tengah stadion sepakbola di Malaysia, dia tetap terima, meskipun jadi banyak hal rumit yang perlu diperhitungkan untuk konser orkestra outdoor semacam itu. Bukan kondisi ideal yang ia cari. Tapi achievement dari kondisi yang tidak sempurna itu dan efeknya untuk kemajuan Twilite Orchestra di masa depan. Menjadi pemimpin itu berarti harus visioner
  • AG Sudibyo sewaktu harus membentuk dan memimpin ribuan orang dalam choir, ia berusaha memisahkan jenis suara dari awal saat peserta choir mendaftar dari tiap fakultas. Pak AG Sudibyo tidak memakan gajah sekali telan (bisa keselek). Ia memotong-motongnya terlebih dahulu. Menjadi pemimpin itu berarti harus bisa memilah prioritas and get things done
  • Yuli Soemphil, gaya kepemimpinannya paling menarik! Gimana nggak, tanpa latihan, tanpa banyak basa-basi, ia memimpin ratusan orang untuk mengikuti gaya dan nyanyian yang ia ciptakan untuk mendukung Arema! Ia punya karisma, semua anak Arema menyukainya. Bahkan jika memang tak suka dengan lagu dan gayanya, anak Arema bisa complain dan memberikan usul mereka kepada Yuli. Menjadi pemimpin itu berarti kita harus punya passion dan selalu berusaha mendengarkan aspirasi orang yang kita pimpin
Jadi, apakah kamu seorang pemimpin?

Selasa, 20 Agustus 2013

KASIH SAYANG TULUS SEORANG BUNDA - RENUNGAN

Saat melahirkan sang bayi, ibu bahkan harus mempertaruhkan nyawanya. Tidak sedikit ibu yang meninggal saat melahirkan. Kemudian dimulailah masa-masa radikal dalam kehidupan anak. Saat anak hanya mampu berkomunikasi dengan tangisan, ocehan-ocehan yang mungkin hanya ibu yang memahaminya, gerakan tangan, tendangan kaki, dan genggaman jari. Begitu lambatnya pertumbuhan kita namun begitu sabarnya ibu mengurus kita. Makan melalui mulut, berbicara, berjalan, semuanya harus dipelajari. Bukankah ibu yang mempunyai peran terbesar dalam tahapan itu?

Kita tumbuh menjadi anak-anak yang lincah dan cenderung nakal. Aktif dan selalu ingin bermain. Ibu dengan sabarnya menemani kita kendati harus letih mengejar kita, melompat, dan memanjat bersama kita. Ia dampingi tahapan-tahapan penting dalam pertumbuhan kita dengan senyum dan harapan indah akan masa depan cerah kita. Ibu tanamkan aqidah dan akhlaq. Apa yang saat dewasa kita anggap benar, layak dan sesuai norma, bukankan kebanyakan merupakan apa yang ibu tanamkan ketika kecil?

Ketika kita sakit ibu adalah orang yang paling panik. Ketika kita nakal ibu adalah orang yang paling sedih. Ketika kita berhasil ibu adalah orang yang paling bahagia. Yakinilah itu!

Saat kita beranjak remaja, masa yang penuh dengan kelabilan dan gejolak itu menjadi aman dengan ibu di sisi kita. Ibu mampu menjadi teman cerita yang begitu setia. Ibu bisa menjadi solusi dari persolan rumit akibat keegoan dunia remaja kita.

Seorang ibu tidak akan pernah menuntut balas semua pemberiannya kepada anak-anaknya. Hanya saja, apakah kemudian anak-anak juga tidak menyadari peranan ibu tersebut?

Setelah dewasa anak-anak mulai sibuk dengan dirinya sendiri. Berjuang sekuat tenaga untuk mengembangkan karir dan mengukir kesuksesan. Sementara itu, ada ibu yang beranjak tua dan mulai lemah.

Wahai kita, para anak. Layakkah jika kemudian ibu kita tempatkan di panti ? Menghabiskan sisa-sisa kehidupannya dan menanti mautnya dalam kesendirian? Membiarkan mimpi-mimpi untuk melihat anaknya berhasil, menyaksikan dan membersamainya, pupus dan harus terkikis habis di panti jompo lantaran anak-anak sibuk dan tidak sempat mengurusnya. Setelah begitu panjang dan beratnya perjuangan ibu mengurus kita saat kecil dulu?
Padahal, diriwayatkan seorang laki-laki datang kepada Nabi saw seraya bertanya tentang orang yang paling layak ditemani. Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi, “Lalu siapa lagi?”
“Ibumu,” jawab Nabi. “Kemudian siapa lagi?” tanya lelaki itu. “Ibumu,” jawab Nabi. “Kemudian siapa lagi?” Rasul menjawab, “Kemudian ayahmu.”

Sungguh... Ibu pun butuh cinta dari kita, anak-anaknya. Wallahua’lam

Selasa, 04 Juni 2013

RENUNGAN TOKOH MUHAMMADIYAH

Kaum Muda Muhammadiyah tengah menebak – nebak, apa yang terjadi jika kedua tokoh Muhammadiyah itu saling berhadapan. Siapa lebih tangguh? siapa lebih banyak pendukung, dan bagaimana sidang Tanwir nanti berjalan? Kedua tokoh yang saling berhadapan itu ialah Buya Hamka dan K.H. Farid Ma’ruf. “Kami yang muda–muda tidak sabar akan kedatangan sidang tanwir itu. Kami sangat antusias untuk menyaksikan kedua tokoh itu berdebat di atas mimbar. Tak sabar seperti menanti pertarungan antara Muhammad Ali melawan Joe Frazier“, kenangan pak Djarnawi dalam tulisan menyambut 70 tahun Buya Hamka yang menjadi sumber tulisan ini.
              Ketegangan memang terasa di kalangan Muhammadiyah. Terutama pada tingkat pimpinan. Bukan hanya tegang, Pak Djarnawi melukiskan, “Pada tahun 1960, terjadi kehebohan di Muhammadiyah“. Penyebabanya, pak Moelyadi Djoyomartono diangkat Bung Karno sebagai Menteri Sosial. Padahal, hubungan Muhammadiyah dengan Bung Karno sedang memburuk menyusul pembubaran Masyumi. Terjadi Pro Kontra. Yang mendukung pak Moelyadi sebagai mensos adalah pak Farid Ma’ruf. Beliau punya alasan, semua untuk Muhammadiyah, bukan untuk diri sendiri. Yang tidak setuju menganggap, menerima jabatan itu berarti Muhammadiyah bertekuk lutut di kaki Soekarno.
             Terjadi ketegangan yang merata dari Pusat sampai Daerah. Dalam suasana ini, lahirlah rumusan kepribadian Muhammadiyah. Ini puncak dari kegelisahan Fakih Usman terjadi ketidakharmonisan saat itu. Puncaknya, Hamka menulis di harian Abadi berjudul, Maka pecahlah Muhammadiyah. Hamka menyatakan, ada dua golongan dalam Pimpinan Pusat yaitu golongan istana dan luar istana. Hamka menyebut Farid Ma’ruf sebagai golongan istana karena selalu berusaha membawa Muhammadiyah ke Istana. Pengaruh tulisan Hamka sangat besar. Sebab, beliau tokoh Muhammadiyah, mubalig kenamaan, dan pengarang terkenal. Apalagi harian abadi saat itu tercatat sebagai Koran besar yang beredar sampai kepelosok tanah air. Buntutnya, sebagian besar orang Muhammadiyah menyudutkan Farid Ma’ruf dan Moelyadi. Dalam sidang tanwir di Gedoeng Muhammadiyah Yogyakarta, Hamka dipersilahkan tampil ke mimbar lebih dulu untuk menjelaskan tulisannya di harian Abadi, sekaligus sebagai pertanggungjawaban. Semua menunggu. Hamka berdiri tenang. Wajah dan matanya berbicara lebih dulu dari pada bibirnya. Tiba – tiba, pelupuk mata Hamka penuh air mata. Dengan suara tersendat, Hamka mengakui bahwa jika perasaannya tersentuh segera tangannya mencari pulpen lalu menulis. Semua yang di tulis di harian Abadi bermaksud baik, didorong cintanya pada Muhammadiyah. Namun, jika tulisan itu menyinggung perasaan Farid Ma’ruf yang sangat dicintainya, Hamka menyatakan sangat menyesal, mohon ampun dan maaf kepada Farid Ma’ruf.
             Giliran Farid Ma’ruf tampil. Ia ke mimbar dengan membawa map berisi berkas – berkas sebagai pertahanan karena mengira Hamka akan menyerangnya bertubi–tubi. Dia juga siap memberi serangan balasan. Di mimbar, Farid lama terdiam. Sikap Hamka sama sekali tidak diduganya. Tidak menyerang, malah minta ampun kepadanya di depan umum. Map yang dibawa akhirnya tidak dibuka. Dengan suara datar dan wajah tenang. Farid menyatakan, kesediaan pak Moel menerima jabatan Mensos adalah dengan niat baik demi Muhammadiyah, yaitu membantu amal sosial Muhammadiyah. Menurut Farid, kondisi sekarang masih tetap diperlukan kerja sama Muhammadiyah dengan Pemerintah. Perbedaan antara dia dengan Hamka sama–sama didorong niat baik. Jika pendirianya dinyatakan salah dan dikhawatirkan membawa Muhammadiyah ke Istana, Farid berujar, “Maka dengan ikhlas saya mengundurkan diri dari Pimpinan Pusat….”
          Belum lagi kalimat Farid selesai, Hamka berdiri dan mengacungkan tangan. “ Pimpinan!”, serunya, “Jangan saudara Farid mundur. Kita sangat membutuhkan dia. Saya, Hamka yang harus mundur….”. Mendengar itu, Farid menghentikan pidatonya. Ia lalu turun menuju Hamka. Hamka pun menyongsong Farid. Keduanya lalu berpelukan dengan air mata bercucuran. Semua tertengun. Lalu menyusul ucapan hamdalah, tepuk tangan, dan ada yang bertakbir. Persoalan selesai. Sidang tanwir terus berjalan membicarakan agenda lain.
              Setelah itu muncul berita di harian Abadi berjudul, Muhammadiyah Tidak Pecah!. Alangkah indahnya dinamika dalam Muhammadiyah yang dicontohkan para pendahulu. Sesungguhnya, perbedaan pendapat selalu ada. Yang berbeda cara menyikapinya. Dulu, diselesaikan dengan sikap dewasa, dengan ikhlas hati, tidak mengedepankan harga diri (bukan kepentingan pribadi)., dan mengutamakan kepentingan persyarikatan. Mengapa sekarang perbedaan mudah menyulut perpecahan? Karena kita sering seakan membela Muhammadiyah, padahal sesungguhnya membela harga diri (kepentingan pribadi). Ketulusan kita sering semu karena kepentingan tersembunyi. Mudah membesar–besarkan hal kecil. Itulah sikap kekanak–kanakan. Soal Jabatan dan harga diri adalah sumber pertikaian paling sering dalam persyarikatan.  Rukun dan damai dalam keindahan itu tidak sulit asal ada kemauan, begitu kata Al–Qur’an “Jika keduanya menghendaki kerukunan, Allah akan membukakan jalan kepada mereka”. (Qs. An-Nisa’[4] : 35 (af)

Sabtu, 04 Mei 2013

Mengenal ORARI (Organisasi Amatir Radio Indonesia)

PENGANTAR
Materi keorganisasian dibuat untuk memenuhi tuntutan standarisasi materi dalam rangka pengenalan soal-soal ujian kepada calon anggota. Materi bimbingan mengenal organisasi disusun berdasarkan AD dan ART ORARI disahkan di Tretes Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa timur pada tanggal 21 Februari 2003. AD dan ART tersebut masih berlaku hingga materi ini disusun.
Materi disusun berdasarkan kebutuhan calon anggota amatir untuk mengenal lebih jauh organisasi yang akan dimasukinya sebelum mengikuti ujian. Materi berikut telah diringkaskan, dikurangi dan disusun sedemikian rupa sehingga urutan mudah diikuti oleh pembacanya tanpa mengurangi makna yang ingin disampaikan.
Materi ini sebaiknya tidak digunakan sebagai acuan bagi mereka yang telah lulus ujian dan telah menjadi anggota, dianjurkan untuk memiliki asli dari buku AD dan ART Organisasi.
Kesahihan materi ini dibatasi oleh jangka waktu sampai dengan AD dan ART mengalami perubahan dalam musyawarah  nasional ORARI, dan tentu  saja akan mengikuti irama perkembangan organisasi dan teknologi.
Materi dilengkapi dengan soal-soal untuk memudahkan calon anggota berlatih menghadapi soal-soal ujian tentang keorganisasian.

A   SEJARAH ORARI
Pada tahun 1925, Prof.Dr.Ir. Komans-Netherland dan Dr.Ir.De Groot-Batavia, berhasil melakukan komunikasi radio dengan menggunakan stasiun relay di Malabar. Kejadian ini kemudian diikuti dengan berdirinya Batavia Radio Vereniging dan NIROM.
Pada tahun 1930 yaitu pada masa pemerintahan Hindia Belanda (Nederland Indies) amatir radio di Indonesia telah membentuk organisasi yang menamakan dirinya NIVERA (Nederland Indische Vereniging Radio Amateur) yang merupakan organisasi amatir radio pertama di Indonesia dengan beranggotakan karyawan dan tehnisi PTT. Berdirinya organisasi ini disahkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada periode antara tahun-tahun 1933 s.d 1943, PK2MN seorang anggota bumiputera NIVERA mendirikan Solosche Radio Vereniging yang disusul oleh anggota bumiputera NIVERA lainnya dengan mendirikan organisasi sejenis seperti MARVO, CIRVO, VORO, VORL dan lainnya. DI tahun 1937 lahirlah Persatoean Perikatan Radio Ketimoeran (PPRK). Tercatat pula beberapa nama perintis kegiatan amatir radio di Indonesia di antaranya:
Rubin Kain, dengan callsign terakhir YB1KW, mendapat lisensi pertama kali tahun 1932, dan meninggal (silent key) di tahun 1981 B. Zulkarnaen, dengan callsign terakhir YBØAU, mendapat lisensi pertama kali tahun 1933, dan meninggal di tahun 1984.
Pada masa penjajahan Jepang, tidak banyak catatan kegiatan amatir radio yang dapat dihimpun. Kegiatan ini dilarang oleh pemerintah jajahan Jepang namun banyak diantaranya yang melakukan kegiatannya di bawah tanah dalam upaya mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Di tahun 1945 tercatat seorang amatir radio, Gunawan-YBØBD, yang memancarkan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan perangkat pemancar radio revolusioner yang sederhana dan merupakan buatan  sendiri. Layanan ini sangat dihargai Pemerintah Indonesia sedangkan  radio milik YBØBD tersebut merupakan peralatan yang tidak ternilai harganya bagi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dan sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia.
Pada akhir tahun 1945 sudah ada sebuah  organisasi yang menamakan dirinya PRAI (Persatoean Radio Amatir Indonesia). Dan pada periode tahun 1945 s.d 1949 banyak para amatir radio muda yang membuat sendiri perangkat radio transceiver yang ORDA DKI Juni 2005.
Sejarah Amatir Radio dipakai untuk berkomunikasi antara P.Jawa dan P.Sumatera dimana Pemerintah Sementara Republik Indonesia berada. Di antara tahun 1945 dan tahun 1950 amatir radio juga banyak berperan sebagai Radio Laskar.
Di akhir bulan Desember 1949, saat penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Republik Indonesia Serikat, semua kegiatan-kegiatan dihentikan dan dibubarkan.
Pada periode tahun  1950 s.d 1952 amatir radio Indonesia membentuk PARI(Persatuan Amatir Radio Indonesia). Namun di tahun 1952, karena memandang situasi di tanah air tidak memungkinkan, maka Pemerintah Indonesia mengeluarkan ketentuan bahwa selain pemancar radio milik pemerintah dilarang mengudara dan bagi stasiun yang melanggar dikenakan sanksi subversif. Kegiatan amatir radio terpaksa dibekukan pada kurun waktu antara tahun 1952-1965. Pembekuan tersebut diperkuat dengan UU No.5 tahun 1964 yang mengenakan sanksi terhadap mereka yang memiliki radio pemancar tanpa seijin fihak yang berwenang. Namun di tahun 1966 antusias amatir radio untuk mulai mengudara kembali tidak dapat dibendung lagi.
Di tahun 1966, tepatnya  tanggal 14 Februari – 26 Februari 1966, mengudara radio Ampera yang merupakan sarana perjuangan Kesatuan-kesatuan Aksi dalam perjuangan orde baru. Muncul pula berbagai stasiun radio laskar ampera dan stasiun radio lainnya yang melakukan kegiatan komunikasi dan broadcast. Stasiun-stasiun radio tersebut menamakan dirinya sebagai radio amatir.
Pada periode tahun 1966-1967, di berbagai daerah terbentuklah organisasi-organisasi amatir radio seperti: PARD(Persatuan Amatir Radio Djakarta), PARB(Persatuan Amatir Radio Bandung), PARJ(Persatuan Amatir Radio Jogjakarta).
Khusus mengenai perkembangan organisasi  amatir radio di DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) dapat dicatat disini bahwa  di tahun 1966 dibentuk PRAJOGJA (Persatuan Radio Amatir Jogjakarta) yang anggotanya  cenderung mengadakan layanan broadcast.
Tercatat nama Bambang Dewa Bagus-YB2KX yang lebih banyak berkecimpung dalam bidang broadcast telah memulai kegiatannya sejak tahun 1961 mengetuai PRAJOGJA saat didirikan. Pada tanggal 14 Juli 1967 dibentuklah PARI(Persatuan Amatir Radio Indonesia) diketuai Aris  Munandar-PK2JA. Pada tanggal 19 Agustus 1967 dibentuk PARJ (Persatuan Amatir Radio Jogjakarta)  diketuai Aris Munandar, yang merupakan upaya penggabungan PRAJOGJA dengan PARI. Tanggal 10 Februari 1968 diadakan musyawarah amatir radio se Jateng/DIY  di Semarang sebagai hasilnya dibentuk PRAI(Persatuan Radio Amatir Indonesia).
Di tahun 1967,Ketua Dewan Telekomunikasi Republik Indonesia, Dr. Rubiono Kertopati, memanggil amatir radio Indonesia untuk mendapatkan masukan guna merumuskan Peraturan Pemerintah(PP) tentang kegiatan  amatir radio di Indonesia. Pada tanggal 30 Desember 1967 dikeluarkan PP No.21 tahun 1967 tentang Radio Amatirisme di Indonesia(Lembaran Negara No.35 tahun 1967, Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara No.2843 tahun 1967).
Tanggal 9 Juli 1968, berdirilah ORARI(Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia) ORDA DKI Juni 2005  –  5  –  Versi PDF (Reader Proven) Sejarah Amatir Radio yang pelaksanaan teknis dan administratifnya dijalankan sesuai dengan Surat Keputusan DETELRI(Dewan Telekomunikasi RI) No.004/1968. Pada tanggal itu juga AD/ART ORARI disahkan oleh DETELRI. Selanjutnya tanggal 9 Juli 1968 dinyatakan sebagai Hari lahir ORARI dan Hari amatir radio Indonesia. ORARI Pusat diketuai oleh Marsekal Muda(Marsda) Suwondo-YBØAT. Pada tanggal 8 dan 9 Juli 1975, dilaksanakan kongres ORARI ke II di Jakarta, dan pada hari Rabu tanggal 9 Juli 1975 Kongres mengesahkan AD/ART dengan perubahan nama ORARI (Organisasi Amatir Radio Indonesia).
AD/ART ini disahkan DETELRI dengan  Surat Keputusan No.020/KPTS/DETEL/RA/1979 tanggal 21 April 1979.
Pada tanggal 5 s.d 7 Februari 1982 berlangsung Munas ORARI ke III di Jakarta. Munas ORARI yang terakhir diselenggarakan adalah Munas ke VII yang terselenggara pada tanggal 12 s.d 15 Oktober 2001 di Serpong, Tangerang, Banten. Dalam Munas ke VII tersebut, terpilih sebagai Ketua Umum untuk masa bhakti 2001-2006 adalah MayJen(Purn) H. Harsono-YBØPHM. 

B   KODE ETIK AMATIR RADIO
Semangat amatir radio mulai berdetak ketika tahun 1928 Paul M.Segal, W9EEA1, menganjurkan, mengukuhkan komunitas amatir radio serta mempublikasikan kode etik amatir radio untuk dijunjung tinggi. Etika moral tersebut segera  disambut hangat dan dicetak pada halaman depan “ARRL Handbook for the Radio Amateur” tahun tersebut dan selanjutnya nilai-nilai mulia tersebut segera diadopsi oleh organisasi amatir di hampir seluruh dunia termasuk Indonesia.

KODE ETIK AMATIR RADIO
AMATIR RADIO ADALAH PERWIRA
Secara sadar ia tidak akan menggunakan udara untuk kesenangan pribadi, sedemikian rupa sehingga mengurangi kesenangan orang lain
AMATIR RADIO ADALAH SETIA
Ia mendapat izin dari Pemerintah karena Organisasinya, Ia akan setia dan patuh kepada Negara dan Organisasinya
AMATIR RADIO ADALAH PROGRESIF
Amatir Radio selalu menyesuaikan stasiun radionya setingkat dengan ilmu pengetahuan, Ia akan membuatnya dengan baik dan effisien, Ia akan melayaninya dengan baik dan teratur
AMATIR RADIO ADALAH RAMAH TAMAH
Jika diminta ia akan mengirim berita dengan perlahan dan sabar, kepada yang belum berpengalaman ia akan memberi nasehat, pertimbangan dan bantuan secara ramah tamah, inilah ciri khas Amartir Radio
AMATIR RADIO BERJIWA SEIMBANG
Radio merupakan Hobbynya, Ia tidak akan memperkenankan hobbynya mempengaruhi kewajibannya terhadap rumah tangga, pekerjaan, sekolah atau masyarakat sekitarnya
AMATIR RADIO ADALAH PATRIOT
Ia selalu siap sedia dengan pengetahuan dan stasiun radionya untuk mengabdi kepada Negara dan Masyarakat

Senin, 15 April 2013

Tugas prodi IT semester 2



OPERATING SYSTEMS
1.        Single program operation
2.        Batch processing & single operation
3.        MS DOS operating system
4.        MS DOS utilities
5.        The success of  MS DOS
6.        The disk filling system.
7.        Different operating system