Selasa, 27 September 2011

TUGAS MUAMALAH

1. CARILAH AYAT AYAT TENTANG WARIS
2. BAGAIMANAKAH HAK WARIS KAUM WANITA SEBELUM ISLAM?
3. SEBUTKAN ASBABUN NUZUL AYAT-AYAT WARIS?
4. SEBUTKAN KAJIAN TERHADAP AYAT-AYAT WARIS?

Rabu, 07 September 2011

VARIABEL DAN DATA

Variabel berasal dari kata “vary” dan “able” yang berarti “berubah” dan “dapat”. Jadi, secara harfiah variabel berarti dapat berubah, sehingga setiap variabel dapat diberi nilai dan nilai itu berubah-ubah. Nilai tersebut bisa kuntitatif (terukur dan atau terhitung, dapat dinyatakan dengan angka) juga bisa kualitatif (jumlah dan derajat atributnya yang dinyatakan dengan nilai mutu).

Variabel merupakan element penting dalam masalah penelitian. Dalam statistik, variabel didefinisikan sebagai konsep, kualitas, karakteristik, atribut, atau sifat-sifat dari suatu objek (orang, benda, tempat, dll) yang nilainya berbeda-beda antara satu objek dengan objek lainnya dan sudah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Karakteristik adalah ciri tertentu pada obyek yang kita teliti, yang dapat membedakan objek tersebut dari objek lainnya, sedangkan objek yang karakteristiknya sedang kita amati dinamakan satuan pengamatan dan angka atau ketegori (nilai mutu) tertentu dari suatu objek yang kita amati dinamakan variate (nilai). Kumpulan nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran atau penghitungan suatu variabel dinamakan dengan data.
Karakteristik yang dimiliki suatu pengamatan keadaannya berbeda-beda (berubah-ubah) atau memiliki gejala yang bervariasi dari satu satuan pengamatan ke satu satuan pengamatan lainnya, atau, untuk satuan pengamatan yang sama, karakteristiknya berubah menurut waktu atau tempat. Apabila karakteristik setiap satuan pengamatan semuanya sama, tidak beragam, maka bukan lagi merupakan variabel, melainkan

konstanta.
Contoh:
Apabila Anda sedang mempelajari sekelompok anak-anak, anak-anak di sana baru sebuah konsep, bukan variabel. Apabila Anda tertarik untuk mengukur tinggi badannya, berat, usia, menentukan jenis kelamin, dan sebagainya, berarti Anda sudah berbicara tentang variabel, karena nilainya bisa beragam dari anak ke anak. Untuk kepentingan penelitian, sebuah konsep bisa diubah menjadi satu atau beberapa variabel.
Misalnya saja tentang konsep anak-anak tadi, di antara sekian karakteristik yang bisa diukur, Anda lebih tertarik untuk menimbang beratnya, maka:
  • Konsep: adalah properti/karakteristik dari Anak-anak
  • Karakteristik: karakteristik yang sedang Anda amati adalah berat anak.
  • Variabel: karena berat setiap anak bisa bervariasi, maka berat merupakan variabel.
  • Satuan pengamatan: satuan pengamatannya adalah masing-masing Anak (setiap individu), dan
  • Nilai (variate/data): berat yang terukur dari setiap anak dinamakan variate (nilai).
Contoh kasus lain misalnya, jika Anda sedang mempelajari sekelompok tanaman tomat (konsep), variabel-variabel berikut mungkin menjadi pertimbangan Anda: tinggi, lebar, jumlah daun, dan jumlah buah, dan berat tomat. Contoh variabel lainnya adalah warna mata, IQ, tingkat pendidikan, status sosial, metode mengajar, jenis pupuk, jenis varietas, jenis obat, semuanya adalah variabel karena karakteristiknya berbeda-beda.
Karakteristik dari suatu variabel harus beragam atau berubah-ubah. Sebaliknya, jika karakteristik semuanya sama, maka satuan pengamatan tersebut bukan lagi variabel, melainkan konstanta. Konstanta adalah angka tertentu yang nilainya selalu tetap pada semua kondisi, misalnya kecepatan cahaya, gaya gravitasi, dsb. Namun demikian, suatu variabel bisa saja menjadi konstanta apabila nilainya di buat sama. Misalnya, jenis kelamin adalah variabel, namun apabila satuan pengamatan yang kita amati hanya dibatasi pada jenis kelamin perempuan saja, maka jenis kelamin berubah menjadi konstanta, karena nilainya sama pada semua kondisi.

Definisi Operasional

Definisi operasional adalah aspek penelitian yang memberikan informasi atau petunjuk kepada kita tentang bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Informasi ilmiah yang dijelaskan dalam definisi operasional sangat membantu peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan variabel yang sama, karena berdasarkan informasi itu, ia akan mengetahui bagaimana caranya melakukan pengukuran terhadap variabel yang dibangun berdasarkan konsep yang sama. Dengan demikian, ia dapat menentukan apakah tetap menggunakan prosedur pengukuran yang sama atau diperlukan pengukuran yang baru.

Konsep-konsep yang sudah diterjemahkan menjadi satuan yang sudah kita anggap lebih operasional (variabel dan konstruk), biasanya belum sepenuhnya siap untuk diukur. Karena variabel dan konstruk tersebut memiliki alternatif dimensi yang bisa diukur dengan cara berlainan. Contoh tentang variabel usia/umur. Cara pengukuran variabel tersebut bisa saja berbeda, pertama mungkin Anda mengukur usianya langsung secara numerik, misalnya 4, 12.5, 18, 31 tahun dst, atau bisa saja Anda mengukur berdasarkan kategori, misalnya Balita (0-5 th), Anak-anak (5 – 14), Remaja (14 – 24), Dewasa (25 – 54), Tua (55-64), dan Lansia (>65) tahun.

Pembagian Variabel

Variabel bisa dibagi berdasarkan: Perananan, cara pengukuran, dan bisa tidaknya diukur secara langsung.

Berdasarkan Fungsi/Peranannya dalam penelitian

Dalam penelitian kuantitatif, variabel yang telah didefinisikan secara operasional, biasanya dibagi menjadi variabel bebas (independent: aktif atau atribut), variabel terikat (dependent), dan variabel asing/ekstra/tambahan (extraneous) yang bukan merupakan subjek dari penelitian yang sedang dipelajari dan berada di luar pengamatan/kajian utama penelitian. Pemahaman tentang variabel extraneous ini sangat penting, karena variabel ini bisa saja bersaing dengan variabel independent dan bisa mengacaukan/membingungkan dalam menjelaskan pola hubungan antara variabel independent dan variabel dependent. Oleh karena itu, dalam menentukan hubungan sebab akibat, kita seharusnya mengidentifikasi ada tidaknya variabel extraneous yang terbukti dapat mempengaruhi variabel dependent. Apabila ada, maka variabel ekstraneous tersebut disebut dengan variabel confounding. Variabel Confounding sebaiknya di kontrol atau dimasukkan ke dalam model. Apabila tidak, kita tidak akan yakin bahwa perubahan variabel dependent tersebut hanya disebabkan oleh variabel independent saja.

Untuk memahami variabel-variabel dalam penelitian, perhatikan contoh kasus berikut:
Apabila kita ingin melihat pengaruh pemberian dosis pupuk yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman, maka:
Variabel Dependent => Pertumbuhan tanaman
Variabel Independent => Dosis Pupuk
Variabel Extraneous => Varietas/Kultivar


Jenis Pupuk


Tingkat Kesuburan Tanah


Jenis Tanah


Ukuran Petak/Pot


Penyinaran Matahari


Temperatur


Kelembaban


Kandungan Air Tanah


Serangan Hama/Penyakit


dsb..

Variabel Independent (IV).

Variable independent adalah variabel yang merupakan penyebab atau yang mempengaruhi variabel dependent (DV) atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel dependent (DV). Apabila variabel IV berubah, maka variabel DV juga akan berubah. Variable independent merupakan variable yang faktornya diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, variabel independent disebut juga sebagai peubah bebas dan sering juga disebut dengan variable bebas, stimulus, faktor, treatment, predictor, input, atau antecedent.
Sebagai Contoh:
Pengaruh metode mengajar terhadap Prestasi siswa. =>Variabel independent adalah Metode Mengajar.
Pengaruh Pupuk Organik terhadap hasil tanaman tomat. =>Variabel independent adalah Pupuk Organik.
Metode mengajar dan pupuk organik bisa dimanipulasi atau ditentukan oleh peneliti. Tidak semua variabel independent bisa dimanipulasi, misalnya attribute yang sudah melekat pada suatu objek. Contohnya: Jenis Kelamin, Usia, Kemiringan lereng, ketinggian tempat, dsb.

Variabel Dependent (DV).

Variable dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel independent. Variabel dependent, dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai peubah tak bebas, variabel terikat, tergantung, respons, variabel output, criteria, atau konsekuen.
Variabel ini merupakan fokus utama dari penelitian. Variabel inilah yang nilainya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh dari variabel independent. Nilainya bisa beragam dan tergantung pada besarnya perubahan variabel independent. Artinya, setiap terjadi perubahan (penambahan/pengurangan) sekian kali satuan variabel independen, diharapkan akan menyebakan variabel dependen berubah (naik/turun) sekian satuan juga. Secara matematis, hubungan tersebut mungkin bisa digambarkan dalam bentuk persamaan Y = a + bX. Misalnya, Y = Hasil (ton) dan X = pupuk Urea (kg), maka setiap pupuk urea dinaikkan/atau diturunkan sebesar b (kg), maka hasil naik/turun sebesar b (ton) dan apabila tidak di berikan pupuk (b=0), maka hasilnya adalah sebesar a (ton). Pola hubungan antara kedua variabel tersebut bisanya di kaji dalam penelitian asosiasi atau prediksi, biasanya diuji dengan menggunakan Analisis Regresi. Berbeda dengan contoh pengaruh metode mengajar terhadap keberhasilan siswa, skala pengukuran variabel independentnya bukan merupakan variabel interval atau rasio, sehingga untuk melihat pengaruh dari variabel independet terhadap variabel dependent lebih tepat dengan menggunakan Analisis Varians (ANOVA). Dengan Anova tersebut kita bisa menentukan ada tidaknya perbedaan diantara metode mengajar, dan apabila ada, kita bisa menentukan metode mengajar yang lebih baik atau terbaik.

Variabel Moderator

Variabel moderator merupakan variabel khusus dari variabel independent. Dalam analisis hubungan yang menggunakan minimal dua variabel, yakni satu variabel dependen dan satu atau beberapa variabel independen, adakalanya hubungan di antara kedua variabel tersebut dipengaruhi oleh variabel ketiga, yaitu faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model statistik yang kita gunakan. Variabel tersebut dinamakan dengan variabel moderator.

Variabel moderator ini adalah variabel lain yang bisa memperkuat atau memperlemah hubungan antar variabel independen (bebas) dan variabel dependen (tak bebas). Dalam Analisis Varians (Anova), pengaruh dari variabel moderator ini bisa direfresentasikan sebagai pengaruh interaksi antara variabel independent (faktor) utama dengan variabel moderator (Baron and Kenny, 1986: p. 1174). Variabel ini bisa diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk mengetahui apakah keberadaannya akan mempengaruhi hubungan antara variable bebas dan variabel terikat. Secara skematis, hubungan di antara ketiga variabel tersebut bisa diilustrasikan seperti pada gambar berikut:

Contoh kasus 1:
Perhatikan, sebuah penelitian untuk melihat perbedaan diantara dua metode mengajar statistika, misal Metoda A dan Metode B. Jika siswa laki-laki lebih baik dengan Metode A, sedangkan siswa perempuan lebih baik dengan Metode B, maka jenis kelamin merupakan variabel mederator.
Contoh Kasus 2:
Misalnya pengaruh pupuk anorganik terhadap hasil tanaman padi. Hasil analisis menunjukkan tidak ada pengaruh penggunaan pupuk anorganik terhadap hasil padi, padahal secara teoritis harusnya terjadi perbedaan. Mengapa demikian?? Setelah diselidiki, ternyata ada variabel lain (misalnya varietas) yang tidak dimasukkan ke dalam model ataupun tidak dikontrol (diseragamkan), sehingga ikut mempengaruhi keragaman hasil padi. Variabel tersebut adalah variabel moderator, yang seharusnya dimasukkan juga ke dalam model. Hal ini misalnya ditunjukkan dengan adanya perbedaan respon di antara varietas padi. Varietas unggulan lebih responsif terhadap pupuk anorganik, sedangkan varietas lokal tidak terlalu responsif bahkan cenderung hasilnya cenderung menurun.

Contoh kasus 3:
Pengaruh Pelatihan terhadap Prestasi kerja.
Misalnya pelatihan yang diikuti staf administrasi suatu perguruan tinggi dengan harapan bisa meningkatkan ketrampilan dalam menyelesaikan tugas-tugas administrasi. Seluruh karyawan yang diikutsertakan memiliki jenjang pendidikan yang sama, D3. Setelah pelatihan selesai kemudian dilakukan tes ketrampilan. Setelah diamati, ternyata kemampuan karyawan yang berasal dari D3 Manajemen, memiliki ketrampilan yang lebih baik dibandingkan dengan karyawan yang berasal D3 Pertanian. Jelas disini bahwa adanya perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan kemampuan dalam menyerap materi yang disampaikan ketika melaksanakan pelatihan. Karyawan D3 manajemen lebih antusias dalam mengikuti Pelatihan dibandingkan dengan D3 Pertanian karena mereka relatif lebih mudah dalam memahami materi (sesuai dengan bidangnya). Pada contoh kasus tersebut pelatihan adalah variabel independen, prestasi kerja adalah variabel dependen, dan latar belakang pendidikan adalah variabel moderator.

Dari ketiga contoh kasus tersebut, bisa disimpulkan bahwa variabel moderator berpengaruh nyata (memiliki kontribusi yang signifikan) terhadap kemampuan variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen.

Variabel Intervening/mediator.

Variabel independent dan moderator merupakan variable-variabel kongkrit. Variable tersebut dapat dimanipulasi oleh peneliti dan pengaruhnya dapat dilihat atau diobservasi. Lain halnya dengan variable intervening, variable tersebut bersifat hipotetikal artinya secara kongkrit pengaruhnya tidak kelihatan, tetapi secara teoritis dapat mempengaruhi hubungan antara variabel independent dan dependent yang sedang diteliti.
Penelitian yang melibatkan variabel intervening (mediator/mediating/mediasi/pengganggu) sangat umum dalam bidang sosiologi dan psikologi, seperti ilmu-ilmu perilaku dan penelitian non eksperimental lainnya. Untuk peneliti di bidang eksakta (terutama dalam penelitian eksperimental), mungkin tidak terlalu banyak yang mengenal atau melibatkan variabel ini, karena bersifat abstrak dan tidak bisa diukur (misterius, jangan dianggap serius.. ). Lihat saja pernyataan Tuckman (1988) berikut ini:
… an intervening variable is that factor that theoretically affect the observed phenomenon but cannot be seen, measure, or manipulate…”.

Banyak siswa, saya, bahkan sebagian peneliti yang masih kesulitan dalam membedakan antara variabel moderator dengan variabel pengganggu yang satu ini, intervening (mediator) maksudnya .
Variable intervening didefinisikan sebagai variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara Variabel independent dengan Variabel dependent, tetapi tidak dapat dilihat, diukur, dan dimanipulasi; pengaruhnya harus disimpulkan dari pengaruh-pengaruh variabel independent dan atau variable moderat terhadap gejala yang sedang diteliti (Tuckman, 1988).
Variabel ini merupakan variabel antara (penyela) yang terletak diantara Variabel independent dan Variabel dependent. Variabel ini bisa digunakan dalam menjelaskan proses hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent, misalnya X → T → Y, dimana T adalah variabel intervening yang digunakan untuk menjelaskan pola hubungan antara IV dan DV.

Terminologi terakhir, yaitu sebagai variabel antara, konsiten dengan metodologi dan definisi dalam Analisis Struktural Equation Modelling (SEM). Misalnya, X adalah usia dan Y adalah kemampuan membaca, hubungan sebab akibat antara X dan Y bisa dijelaskan oleh variabel Intervening T, misalnya Pendidikan. Dengan demikian, Usia (X) tidak secara langsung mempengaruhi kemampuan membaca (Y), tapi terlebih dahulu melalui variabel intervening, pendidikan (T), atau dengan kata lain, X mempengaruhi T dan selanjutnya T mempengaruhi Y.
Contoh:
Tingkat pendidikan → jenis pekerjaan → tingkat penghasilan
Metode mengajar → motivasi belajar → Prestasi siswa
Teknologi baru → budaya → Respon masyarakat
Usia → Pengalaman mengendarai → kelihaian mengendarai sepeda motor (Valentinno Rossi, misalnya, :-) )

Contoh di bidang pertanian:
Pengaruh pemberian pupuk anorganik terhadap hasil padi. Misalnya saja, varietas sudah dimasukkan ke dalam model atau varietasnya dibuat sama (varietas unggulan), tetapi hasinya tetap saja tidak signifikan. Mengapa?? Setelah diteliti secara seksama, ternyata tanaman padi yang di beri pupuk tersebut misalnya menjadi rentan terhadap serangan penyakit/hama sehingga sebagian besar lahan terkena serangan hama/penyakit, akibatnya hasil padi tidak meningkat. Variabel Intervening adalah Serangan Penyakit/Hama.

Hubungan ke-4 Variabel:

Tambahan:
Terdapat beberapa literatur yang mengatakan ada variabel lain selain variabel yang sudah disebutkan di atas, yaitu Variabel Kontrol. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent tidak dikacaukan oleh pengaruh faktor lain yang tidak kita diamati. Dengan kata lain, variabel lain yang dapat mempengaruhi hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent, berusaha dihilangkan atau di netralkan atau di kontrol atau diseragamkan! Dengan demikian, diharapkan variabel yang memberi keragaman terhadap variabel dependent hanyalah variabel independent yang ingin dipelajari pengaruhnya, yang dikenal dengan perlakuan atau treatment!
Paradok:
Variabel kontrol adalah variabel yang dibuat konstan sehingga tidak bervariasi atau seragam.. ” – vs – “suatu objek bisa dikatakan variabel apabila nilainya beragam, apabila tidak, tidak lagi dinamakan variabel tapi konstanta
Berarti??!! Bingung kan?? variabel kontrol apa konstanta??
Menurut saya, mungkin lebih tepat apabila variabel kontrol ini menggunakan istilah variabel yang di kontrol (Controlled Variable).

Berdasarkan cara pengukuran

  • Kuantitatif (diskrit/kontinyu)
    • Rasio
    • Interval
  • Kualitatif
    • Ordinal à ada tingkatan
    • Nominal à tidak ada tingkatan

Berdasarkan bisa/tidaknya diukur secara langsung

  • Variabel teramati (observed variable)
    • Dapat langsung diamati/diukur
    • Contoh: umur, jenis kelamin, berat badan
  • Variabel laten (latent variable)
    • Tidak dapat langsung diamati/diukur
    • Contoh: kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan, kesehatan
    • Umumnya diukur dengan menggunakan indikator yang berupa variabel teramati, biasanya lebih dari dua variabel indikator.
Sumber :
Gordon Marshall, . “intervening variable.” A Dictionary of Sociology. 1998. Encyclopedia.com. 23 Feb. 2010 .
Tuckman, B. W. (1988). Conducting educational research . (3rd ed.) New York: Harcourt Brace Jovanovich.

MUDAHNYA MENULIS PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI

Sekarang mulailah dengan menulis proposal penelitian skripsi anda dengan ide anda sendiri hindari plagiat skripsi. Saat ini tidak sedikit mahasiswa bingung untuk membuat proposal penelitian skripsi. Banyak sekali kendala yang mereka hadapi, mulai mencari tema penelitian, menemukan masalah, hingga menyusun proposalnya. Pada posting saya yang lalu “Percaya diri Menyusun Skripsi atau Tugas Akhir” Saya mengutarakan komponen penilaian pada waktu sidang sarjana dengan tujuan agar para mahasiswa PD dalam mempresentasikan penelitiannya.
Sekarang bagaimana cara mudah menyusun sebuah proposal penelitian dengan standar penulisan yang berbeda dari berbagai universitas tempat anda menimba ilmu? Semua Perguruan tinggi mememiliki standar penulisan skripsi yang berbeda. Walaupun standar penulisan berbeda, tetapi filosofi penulisan skripsi atau penelitian memiliki kemiripan dalam sebuah kerangka pikir penelitian. Anda bisa mengikuti cara ini, minimal dalam sidang proposal anda bisa percaya diri dan menguasai apa yang sedang anda atau akan anda teliti. Bagaimana caranya…
Okey…. sekarang saya sebutkan dulu beberapa tips agar anda bisa berhasil menyusun sebuah proposal Management  Proposalpenelitian yang kedepannya akan dilanjutkan pada penulisan skripsi oleh anda sendiri. Ada beberapa syarat yang minimal bisa anda penuhi tanpa harus pusing-pusing menjalankannya.
  • Pertama, Yakinkan pada diri sendiri bahwa aktor utama dalam penulisan skripsi ini adalah diri sendiri tidak ada orang lain yang akan membantu anda saat anda sidang sarjana. Hal ini penting di tanamkan karena kedepan, tidak ada orang lain selain diri anda sendiri yang menghadapi para penguji. Tidak ada yang menolong kecuali do’a dan dukungan moril jarak jauh orang tua anda dirumah.
  • Kedua, Jangan mengandalkan Orang lain. Pastikan bahwa diri anda sebagai aktor utama, menguasai semua data dan bahan penelitian anda dengan cara penelusuran data oleh anda sendiri. Hal ini menghindari ketergantungan anda pada orang lain memiliki kemampuan untuk membantu anda. Akibat yang paling fatal, saat anda menganalisis data dan bahan penelitian anda tidak akan faham betul dengan apa yang sedang anda teliti, karena orang lain yang menguasai penelitian anda. Hindari penggunaan jasa konsultasi pembuatan skripsi, karena jasa seperti ini biasanya hanya berorientasi pada profit bukan keahlian teknis seorang mahasiswa. Anda bisa mengandalkan dosen pembimbing anda untuk dijadikan mentor dalam penelitian anda.
  • Ketiga, Hindari berpedoman pada skripsi orang lain. Skripsi orang lain boleh digunakan hanya sebagai bahan referensi saja, tetapi alur penulisan disarankan tidak sama. Hal ini bertujuan untuk menjaga originalitas penelitian yang sedang anda lakukan. Tema penelitian boleh sama, tapi harus ada perbedaan yang mendasar antara penelitian anda dengan penelitian orang lain.
Nah sekarang jika anda sudah membaca tips dari saya mari kita mulai dengan mudah menyusun proposal anda sendiri. Cara ini pernah saya lakukan dan alhamdulilah berhasil, sebelum melakukan penysunan proposal atau usulan penelitian saya membuat portofolio penelitian. Portofolio tersebut saya tulis dalam beberapa lembar kertas saja yang isinya ada 4 komponen utama.
Sebelum saya lanjutkan, pada posting ini saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Prof. Oekan Soekotjo Abdoellah, MA. PhD. dan almarhum Prof. DR. H. Adang Kadarusman, Ir., MSc. kedua tokoh ini yang sudah membentuk saya dalam pola berpikir sebagai peneliti sehingga cara yang anda baca saat ini adalah hasil racikan saya dari pola pikir kedua tokoh tersebut.
Sekarang bagaimana menulis propsal tersebut, cara ini adalah salah satu pradigma positivistis yang saya bagi dalam 4 komponen utama yang harus ada dalam portofolia yang akan anda buat.
Pertama, MASALAH. Cermatlah memilih masalah yang akan anda teliti. Jangan sampai merubah kondisi atau anda terjebak kondisi “masalahnya ada pada diri sendiri yang tidak bisa menemukan masalah”. Susun dan tulish masalah penelitian anda pada kerta yang mencakup:
  • Masalah harus bisa di Identifikasi. Munculnya dalam satu atau beberapa buah Identifikasi Masalah. Semua jenis penelitian pasti ada sub bab Identifikasi masalah.
  • Pilih beberapa manfaat, tuliskan dalam kertas anda beberapa manfaat yang akan dihasilkan dari penelitian ini. Manfaat seperti apa?
    • Manfaat Akademis, untuk menjadi bahan penelitian lanjut.
    • Manfaat Praktis, untuk para pelaku atau pihak yang akan memanfaatkan penelitian anda.
  • Rumuskan masalah anda, coba mulai dengan mencari “How To” bagaimana menelitinya dan menggunakan cara atau metode apa. Hal ini akan membantu diri anda dalam penyusunan metodologi penelitian. Jika masalah sudah anda rumuskan, dan anda faham betul akan masalah tersebut saya perkirakan 30% anda akan menguasai penetian anda sendiri.
Kedua, KERANGKA PEMIKIRAN. Nah kalau bagian ini sebaiknya anda susun yang berhubungan dengan masalah penelitian anda. Misalnya, anda akan melakukan penelitian tentang buah jarak, maka semua hal tentang buah jarak harus anda kuasai dan miliki. Minimal anda bisa berbicara dengan seorang ahli pada buah jarak. Kumpulkan dan ada yang harus disesuaikan yaitu;
  • Ungkapkan kerangka piikiran anda dengan sebuah landasan Teoritik.
  • Ungkapkan pula dalam sebuah landasan Empirik.
Dari kedua hal itu, anda akan menemukan sebuah Kerangka konseptual yang pada akhirnya akan memunculkan sebuah Hipotesa atau dalam sebuah program Doktoral sering di sebuat sebuah premis.
Ketiga, HIPOTESIS PENELITIAN. Memang ada cara sendiri dalam menyusun hipotesis penelitian. Tetapi secara singkat saja saya menjelaskan hipotesis adalah sebuah Dugaan sementara yang masih harus dibuktikan dengan sebuah metode yang tepat. Cara menyusun hipotesis ini, diambil dari masalah yang akan anda teliti. Pikirkan juga dengan metode apa hipotesis itu akan dipecahkan atau dibuktikan. Caranya:
  • STRUKTUR Hipotesis, dalam struktur hipotesis ini akan muncul beberapa pertimbangan
    • Indetifikasi dan Klasifikasi Variabel penelitian
    • Bagaimana Penelitiannya
    • Konseptualisasi penelitiannya
    • Operasional penelitian
    • Paradigma atau model yang dihasilkan dari penelitian anda
  • STRATEGI, disini akan muncul sebuah Hipotesi Statistik. Ada perbedaan antara hipotesis penelitian dan hipotesisi statistik. Strateginya bisa memelih pada dua tipe penelitian ini;
    • Eksperimental
      • Hipotesis Statistik (Ho : Hi)
      • Randomisasi atau tanpa Randomisasi
      • Ada data kuantitatif
      • Analisis
    • Observasional
      • Hipotesis Statistik (Ho : Hi)
      • Sampling
      • Data Kualitatif
      • Analisis
    • Kesimpulan Statistik
      Dari semuanya akan muncul sebua kesimpulan statistik yang diharapkan, tolak Ho atau tolak Hi
Keempat, KESIMPULAN. Nah ini yang terakhir, simpulkan pula penelitian anda atau harapan dari penelitian ini. Simpulkan dari masalah yang sudah anda susun. Apakah bisa disimpulkan atau tidak. Jika anda tidak bisa menyimpulkan dari masalah yang anda temukan. Artinya anda menghadapi masalah, harus mengulang kembali tema anda.
Susun keempat komponen tersebut dalam dua helai kertas saja, apakah yang dihasilkan? Setelah itu silahkan anda uraikan dalam susunan bab proposal sesuai dengan standar universitas anda. Biasaya Bab 1 sampai dengan bab 3. Selamat mencoba…

PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF

Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.

Format Proposal Penelitian Kuantitatif

1. Latar Belakang Masalah

Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Di dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh. (lihat pendahuluan )

2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Contoh: Apakah terdapat hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika?. (Tips membuat rumusan masalah )

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Contoh: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.

4. Hipotesis Penelitian (jika ada)

Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian. Penelitian kluantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak membutuhkan hipotesis. Oleh karena itu subbab hipotesis penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, atau disertasi hasil penelitian kuantitatif. Secara prosedural hipotesis penelitian diajukan setelah peneliti melakukan kajian pustaka, karena hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Namun secara teknis, hipotesis penelitian dicantumkan dalam Bab I (Bab Pendahuluan) agar hubungan antara masalah yang diteliti dan kemungkinan jawabannya menjadi lebih jelas. Atas dasar inilah, maka di dalam latar belakang masalah sudah harus ada paparan tentang kajian pustaka yang relevan dalam bentuknya yang ringkas.
Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antarvariabel, melainkan telah ditunjukan sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu. Contoh: Ada hubungan positif antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.
Jika dirumuskan dalam bentuk perbedaan menjadi: Siswa SMP yang tingkat kecerdasannya tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dalam matapelajaran Matematika dibandingkan dengan yang tingkat kecerdasannya sedang. Rumusan hipotesis yang baik hendaknya: (a) menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih, (b) dituangkan dalam bentuk kalimat pertanyaan, (c) dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara empiris.

5. Kegunaan Penelitian

Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.

6. Asumsi Penelitian (jika diperlukan)

Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Misalnya, peneliti mengajukan asumsi bahwa sikap seseorang dapat diukur dengan menggunakan skala sikap. Dalam hal ini ia tidak perlu membuktikan kebenaran hal yang diasumsikannya itu, tetapi dapat langsung memanfaatkan hasil pengukuran sikap yang diperolehnya. Asumsi dapat bersifat substantif atau metodologis. Asumsi substantif berhubungan dengan permasalahan penelitian, sedangkan asumsi metodologis berkenaan dengan metodologi penelitian.

7. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Yang dikemukakan pada bagian ruang lingkup adalah variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian. Dalam bagian ini dapat juga dipaparkan penjabaran variabel menjadi subvariabel beserta indikator-indikatornya. Keterbatasan penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Namun, keterbatasan seringkali diperlukan agar pembaca dapat menyikapi temuan penelitian sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan penelitian menunjuk kepada suatu keadaan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi menyangkut dua hal. Pertama, keterbatasan ruang lingkup kajian yang terpaksa dilakukan karena alasan-alasan prosedural, teknik penelitian, ataupun karena faktor logistik. Kedua, keterbatasan penelitian berupa kendala yang bersumber dari adat, tradisi, etika dan kepercayaan yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mencari data yang diinginkan.

8. Definisi Istilah atau Definisi Operasional

Definisi istilah atau definisi operasional diperlukan apabila diperkirakan akan timbul perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna seandainya penegasan istilah tidak diberikan. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah yang berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah tersebut terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian. Definisi istilah disampaikan secara langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya. Definisi istilah lebih dititikberatkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti.
Definisi istilah dapat berbentuk definisi operasional variabel yang akan diteliti. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana mengukur suatui variabel. Contoh definisi operasional dari variabel “prestasi aritmatika” adalah kompetensi dalam bidang aritmatika yang meliputi menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, dan menggunakan desimal. Penyusunan definisi operasional perlu dilakukan karena teramatinya konsep atau konstruk yang diselidiki akan memudahkan pengukurannya. Di samping itu, penyusunan definisi operasional memungkinkan orang lain melakukan hal yang serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. (Lihat Glossary)

9. Metode Penelitian

Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian paling tidak mencakup aspek (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.

a. Rancangan Penelitian

Penjelasan mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan perlu diberikan untuk setiap jenis penelitian, terutama penelitian eksperimental. Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Dalam penelitian eksperimental, rancangan penelitian yang dipilih adalah yang paling memungkinkkan peneliti untuk mengendalikan variabel-variabel lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel-variabel terikat. Pemilihan rancangan penelitian dalam penelitian eksperimental selalu mengacu pada hipotesis yang akan diuji. Pada penelitian noneksperimental, bahasan dalam subbab rancangan penelitian berisi penjelasan tentang jenis penelitian yang dilakukan ditinjau dari tujuan dan sifatnya; apakah penelitian eksploratoris, deskriptif, eksplanatoris, survai, atau penelitian historis, korelasional, dan komparasi kausal. Di samping itu, dalam bagian ini dijelaskan pula variabel-variabel yang dilibatkan dalam penelitian serta sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut. (Lihat beberapa kesalahan dalam desain penelitiian)

b. Populasi dan Sampel

Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam survai, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya. Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel.

c. Instrumen penelitian

Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen pengumpulan data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Dengan cara ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan variabel yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Sebuah instrumen yang baik juag harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Dalam tesis, terutama disertasi, harus ada bagian yang menjelaskan proses validasi instrumen. Apabila instrumen yang digunakan tidak dibuat sendiri oleh peneliti, tetap ada kewajiban untuk melaporkan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan. Hal lain yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah cara pemberian skor atau kode terhadap masing-masing butir pertanyaan/pernyataan. Untuk alat dan bahan harus disebutkan secara cermat spesifikasi teknis dari alat yang digunakan dan karakteristik bahan yang dipakai.
Dalam ilmu eksakta istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang kurang tepat karena belum mencakup keseluruhan hal yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, subbab instrumen penelitian dapat diganti dengan Alat dan Bahan.

d. Pengumpulan Data

Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dab teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang terlibat dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data. Jika peneliti menggunakan orang lain sebagai pelaksana pengumpulan data, perlu dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkan mereka untuk menjalankan tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui pejabat yang berwenang, dan hal lain yang sejenis tidak perlu dilaporkan, walaupun tidak dapat dilewatkan dalam proses pelaksanaan penelitian.

e. Analisis Data

Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametrikdan statistik nonparametrik. Pemilihan jenis analisis data sangat ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena itu, yang pokok untuk diperhatikan dalam analisis data adalah ketepatan teknik analisisnya, bukan kecanggihannya. Beberapa teknik analisis statistik parametrik memang lebih canggih dan karenanya mampu memberikan informasi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan teknik analisis sejenis dalam statistik nonparametrik. Penerapan statistik parametrik secara tepat harus memenuhi beberapa persyaratan (asumsi), sedangkan penerapan statistik nonparametrik tidak menuntut persyaratan tertentu.
Di samping penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan, perlu juga dijelaskan alasan pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang dipilih sudah cukup dikenal, maka pembahasannya tidak perlu dilakukan secara panjang lebar. Sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan tidak sering digunakan (kurang populer), maka uraian tentang analisis ini perlu diberikan secara lebih rinci. Apabila dalam analisis ini digunakan komputer perlu disebutkan programnya, misalnya SPSS for Windows.

10. Landasan

Teori Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh jawaban yang dapat diandalkan. Sebelum mengajukan hipotesis peneliti wajib mengkaji teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti yang dipaparkan dalam Landasan Teori atau Kajian Pustaka. Untuk tesis dan disertasi, teori yang dikaji tidak hanya teori yang mendukung, tetapi juga teori yang bertentangan dengan kerangka berpikir peneliti. Kajian pustaka memuat dua hal pokok, yaitu deskripsi teoritis tentang objek (variabel) yang diteliti dan kesimpulan tentang kajian yang antara lain berupa argumentasi atas hipotesis yang telah diajukan Bab I.
Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti, maka diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi atas hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih sebagai landasan penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang relevan. Pembahasan terhadap hasil penelitian tidak dilakukan secara terpisah dalam satu subbab tersendiri. Bahan-bahan kajian pustaka dapat diangkat dari berbagai sumber seperti jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoretis dan telaah terhadap temuan-temuan penelitian didasarkan pada sumber kepustakaan primer, yaitu bahan pustaka yang isinya bersumber pada temuan penelitian. Sumber kepustakaan sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Untuk disertasi, berdasarkan kajian pustaka dapatlah diidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas serta sumbangan yang mungkin dapat diberikan kepada perkembangan ilmu pengetahuan terkait. Pada bagian akhir kajian pustaka dalam tesis dan disertasi perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan tentang pandangan atau kerangka berpikir yang digunakan peneliti berdasarkan teori-teori yang dikaji. Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua kriteria, yakni (1) prinsip kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2) prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.

11. Daftar Rujukan

Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. Unsur yang ditulis secara berurutan meliputi: 1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, 2. tahun penerbitan 3. judul, termasuk subjudul 4. kota tempat penerbitan, dan 5. nama penerbit.
Sumber: (www.infoskripsi.com)




MENYUSUN PROPOSAL PENELITIAN

Pada dasarnya, proposal penelitian merupakan rencana penelitian yang akan dilaksanakan. Dengan demikian, proposal paling tidak memuat (1) lingkup masalah dan perumusan masalah; (2) aspek relevansi teori dengan permasalahan yang diketengahkan dalam penelitian; (3) metodologi penelitian; (4) instrumen penelitian; (5) teknik analisa data; dan (6) rencana kegiatan penelitian.

Dari Mana Ide Penelitian Diperoleh.
a. Kehidupan Sehari-hari
Topik/ide penelitian sebenarnya banyak di sekitar kita. Jika mengambil dari kehidupan sehari-hari, sebagai mahasiswa maupun karyawan kita bisa melihat banyak fenomena yang terjadi di kampus maupun di kantor. Misalnya pada suatu kelas terdiri dari 20 mahasiswa. Untuk mata kuliah Metode Penelitian sebagian besar (lebih dari 50%) mahasiswa tidak lulus atau harus mengulang. Naah..ini masalah…. ketika masalah sudah ada, kita bisa melihat apa yang menyebabkannya. Ambil dari fenomena di lapangan dan kuatkan dengan teori yang berkembang, misalnya metode pengajaran dosen yang membosankan, kebisingan kelas, materi pelajarannya yang terlalu banyak dll. Dari masalah ini kita menentukan ide yaitu pengaruh metode pengajaran, sifat kepribadian dosen, bla.bla terhadap prestasi pelajaran mahasiswa.

b. Masalah Praktis
Ide juga bisa timbul dari masalah praktis. Misalnya, direktur perusahaan menerima laporan bahwa tingginya angka perputaran (turnover) pegawai, padahal gaji yang diberikan sudah di atas standar. Jadi disinilah letak masalahnya, ketika turnover tinggi maka paling tidak akan merugikan bagi perusahaan dalam dua hal, pertama, biaya yang dikeluarkan untuk proses rekrutmen sampai dengan pelatihan. Dan kedua, pegawai yang baru tentu saja harus beradaptasi dengan lingkungan kerja baru, sehingga tentu saja akan mempengaruhi suasana kerja.

Setelah itu, ide ini harus dikembangkan dengan melakukan kajian teori mengenai faktor-faktor penyebab turnover dan lakukan crosscek dengan fenomena di lapangan. Sehingga akan ditemukan ide yang lebih luas, misalnya gaji yang diberikan tinggi tapi tidak ada jalur karir, atasan yang terlalu otoriter, dll.

c. Hasil Penelitian sebelumnya dan teori yang berkembang
Ide juga bisa datang dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Misalnya hasil penelitian yang diungkap dalam sebuah jurnal menyatakan bahwa kecerdasan emosi mempengaruhi kesuksesan seseorang, namun ada juga penelitian yang menyatakan bahwa IQ lebih berpengaruh. Dari dua hasil penelitian ini menarik untuk dijadikan ide atau topik penelitian yang baru.

Yang perlu diperhatikan
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian sebelum memutuskan apakah topik yang akan dipilih diteliti atau tidak antara lain :

Pertama, mengenai keterbatasan waktu. Peneliti harus melihat apakah waktu yang ada cukup untuk meneliti suatu masalah. Waktu juga berpengaruh terhadap jenis penelitian yang akan dilakukan (jenis-jenis penelitian akan dijelaskan lebih lanjut). Jika untuk melakukan penelitian eskperimen mengenai pengaruh metode pengajaran terhadap prestasi siswa. Penelitian seperti ini tidak mungkin dilakukan dalam waktu yang singkat, mengingat metode pengajaran yang diberikan tidak mungkin hanya dilakukan pada satu sesi kemudian prestasi diukur. Paling tidak, agar efektif metode pengajaran dilakukan beberapa kali, dan prestasi siswa dapat dilihat pada akhir semester. Jika waktu yang tersedia memang terbatas, ada baiknya peneliti merubah topik atau merubah metode penelitian yang akan dilakukan.

Kedua, tingkat kesulitan. Peneliti perlu memperhatikan apakah topik yang akan dipilih apakah mudah atau sulit untuk dilakukan. Jika akan meneliti pengaruh motivasi terhadap kinerja, maka apakah peneliti dapat memberikan kuesioner untuk dijawab ? dapatkah motivasi diukur ? apakah ada pihak-pihak yang kurang mendukung ? dan berbagai kendala lainnya. Untuk meminimalisir hal-hal semacam ini, yang perlu dilakukan akan melakukan penelitian awal. Jika memang topik penelitian sulit dilakukan, maka sebaiknya peneliti mengganti dengan topik lain. Kesulitan lain juga datang dari diri sendiri, yaitu penguasaan materi. Untuk meneliti sebuah masalah, peneliti harus menguasai konsep dasar teorinya, sehingga peneliti tau benar apa yang sebenarnya dilakukannya.

Ketiga, ketersediaan subjek. Perlu dipertimbagkan apakah subjek penelitian dapat dengan mudah diperoleh. Misalnya seperti penelitian tentang motivasi dan kinerja di atas. Apakah subjeknya mudah didapatkan ? jika meneliti pada beberapa perusahaan, maka apakah ijin penelitian mudah didapatkan ? dan apakah pegawai yang akan diteliti mau dijadikan subjek penelitian ?. Jika subjek yang akan diteliti mudah untuk didapatkan maka topik penelitian dapat dilanjutkan.

Keempat, pengukuran dan ketersediaan peralatan. Misalnya untuk motivasi pada contoh di atas termasuk hal yang sulit untuk diukur mengingat faktor motivasi sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor. Jika motivasi diukur berdasarkan perilaku yang tampak, maka indikator seperti tidak mudah menyerah, berdisiplin, dll dapat dijadikan acuan. Lalu siapa yang mengukur ? apakah subjek sendiri atau orang lain ?.

Dan terakhir adalah etika. Etika penelitian merupakan sekumpulan aturan mengenai apa saja yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian. Tidak membahayakan dan berpengaruh negatif terhadap subjek penelitian adalah salah satu etika penelitian yang harus dijaga. Misalnya penelitian tentang kepemimpinan di sebuah kantor. Data penelitian dikumpulkan dari angket, maka sedapat mungkin peneliti harus merahasiakan profil responden karena memuat pendapatnya tentang pimpinan.

SISTEMATIKA PROPOSAL
Umumnya, proposal penelitian memuat hal-hal sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah dan Batasan masalah
1.3. Rumusan Masalah
1.4. Tujuan Penelitian
1.5. Kegunaan Penelitian

Bab II Landasan teori (Kajian Pustaka)
2.1. Teori variabel (dependen , independen)
2.2. Penelitian relevan
2.3. Kerangka Berpikir
2.4. Hipotesis yang diajukan

Bab III Metodologi
3.1. Metode Penelitian (jenis penelitian)
3.2. Waktu dan tempat
3.3. Populasi dan sampel
3.4. Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis dan sumber data
b. Instrumen
c. Definisi Operasional (kisi-kisi)
3.5. Teknik Analisis data
3.6. Jadwal Penelitian

CONTOH OPERASIONAL VARIABEL

Operasinalisasi dalam variabel, indikator dan item yaitu sebagai berikut.

1) Faktor Internal (X)

Faktor Internal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian pada diri konsumen yang mencakup motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian, dan sikap terhadap keputusan pembelian.

Variabelnya:

a) Motivasi (X1)

Adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan.

Indikator : kebutuhan merawat rambut, kebutuhan memiliki rambut bersih, kebutuhan memiliki rambut bebas ketombe.

Item-itemnya adalah:

(1) Dorongan kebutuhan akan perawatan rambut (X1.1)

(2) Dorongan kebutuhan akan memiliki rambut bersih X1.2)

(3) Dorongan kebutuhan memiliki rambut bebas ketombe (X1.3)


b) Persepsi (X2)

Adalah proses bagaimana seorang individu memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti.

Indikator : manfaat shampo, keamanan bahan pembuat shampo, variasi kemasan, dan popularitas merek shampo.

Item-itemnya adalah:

(1) Pemahaman terhadap manfaat shampo (X2.1)

(2) Pemahaman terhadap keamanan bahan pembuat shampo (X2.2)

(3) Pemahaman terhadap variasi kemasan (X2.3)

(4) Pemahaman terhadap popularitas merek shampo (X2.4)

c) Pembelajaran (X3)

Adalah proses perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil akibat adanya pengalaman dan informasi.

Indikator : informasi dari media iklan, pengalaman diri sendiri, informasi dari keluarga, informasi dari teman, dan informasi dari penjual.

Item-itemnya adalah:

(1) Informasi yang diperoleh dari media iklan (X3.1)

(2) Pengalaman diri sendiri (X3.2)

(3) Informasi yang diperoleh dari keluarga (X3.3)

(4) Informasi yang diperoleh dari teman (X3.4)

(5) Informasi yang diperoleh dari penjual (X3.5)

d) Kepribadian (X4)

Adalah pola sifat individu yang dapat menentukan tanggapan untuk bertingkat laku.

Indikator : keyakinan terhadap manfaat shampo, kepentingan terhadap shampo.

Item-itemnya adalah:

(1) Keyakinan terhadap manfaat shampo (X4.1)

(2) Kepentingan terhadap shampo (X4.2)

e) Sikap (X5)

Adalah suatu penilaian suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu obyek.

Indikator : kepuasan pemakaian, kesesuaian harga, kemudahan mendapatkan shampo.

Item-itemnya adalah:

(1) Penilaian kepuasan dalam pemakaian (X5.1)

(2) Penilaian terhadap kesesuaian harga (X5.2)

(3) Penilaian terhadap kemudahan mendapatkan shampo. (X5.3)

2) Keputusan Pembelian (Y)

Keputusan Pembelian yaitu suatu proses penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan.

Variabelnya adalah pembelian shampo Sunsilk (Y1)

Indikator : pembelian berdasarkan coba-coba, pembelian berdasarkan merk, pembelian ulang shampo Sunsilk

Item-itemnya adalah:

(1) Pembelian shampo Sunsilk berdasarkan coba-coba (Y1.1)

(2) Pembelian shampo Sunsilk berdasarkan merk (Y1.2)

(3) Pembelian shampo Sunsilk ulang shampo Sunsilk (Y1.3)

Berdasarkan tabel penjelasan di atas lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1 di halaman berikutnya.

Tabel

Konsep, Variabel, Indikator dan Item

Konsep

Variabel

Indikator

Item

Faktor Internal (X)

Motivasi (X1)

Kebutuhan merawat rambut, kebutuhan memiliki rambut bersih, kebutuhan memiliki rambut bebas ketombe.

(1) Dorongan kebutuhan akan perawatan rambut (X1.1)

(2) Dorongan kebutuhan akan memiliki rambut bersih X1.2)

(3) Dorongan kebutuhan memiliki rambut bebas ketombe (X1.3)

Persepsi (X2)

Manfaat shampo, keamanan bahan pembuat shampo, variasi kemasan, dan popularitas merek shampo.

(1) Pemahaman terhadap manfaat shampo (X2.1)

(2) Pemahaman terhadap keamanan bahan pembuat shampo (X2.2)

(3) Pemahaman terhadap variasi kemasan (X2.3)

(4) Pemahaman terhadap popularitas merek shampo (X2.4)

Pembelajaran (X3)

Nformasi dari media iklan, pengalaman diri sendiri, informasi dari keluarga, informasi dari teman, dan informasi dari penjual.

(1) Informasi yang diperoleh dari media iklan (X3.1)

(2) Pengalaman diri sendiri (X3.2)

(3) Informasi yang diperoleh dari keluarga (X3.3)

(4) Informasi yang diperoleh dari teman (X3.4)

(5) Informasi yang diperoleh dari penjual (X3.5)

Kepribadian (X4)

Keyakinan terhadap manfaat shampo, kepentingan terhadap shampo

(1) Keyakinan terhadap manfaat shampo (X4.1)

(2) Kepentingan terhadap shampo (X4.2)

Sikap (X5)

Kepuasan pemakaian, kesesuaian harga, kemudahan mendapatkan shampo

(1) Penilaian kepuasan dalam pemakaian (X5.1)

(2) Penilaian terhadap kesesuaian harga (X5.2)

(3) Penilaian terhadap kemudahan mendapatkan shampo. (X5.3)

Keputusan pembelian (Y)

Pembelian shampo Sunsilk (Y1)

Pembelian berdasarkan coba-coba, pembelian berdasarkan merk, pembelian ulang shampo Sunsilk

(1) Pembelian shampo Sunsilk berdasarkan coba-coba (Y1.1)

(2) Pembelian shampo Sunsilk berdasarkan merk (Y1.2)

(3) Pembelian shampo Sunsilk ulang shampo Sunsilk (Y1.3)