Yogyakarta - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah hari ini menggelar Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan (KNIB) di Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Tamantirto, Kasihan, Bantul, Senin (23/5/2016).
Acara ini dihadiri sejumlah tokoh seperti mantan Wakil Presiden Boediono, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang juga ketua Pergerakan Indonesia Maju, Din Syamsuddin, mantan Ketua PB NU KH Hasyim Muzadi, mantan Mendiknas Malik Fadjar, dan sejarawan Prof Dr Taufik Abdullah.
"Kami berharap ada pikiran-pikiran besar untuk kemajuan. Tokoh-tokoh yanhg hadir ini akan berbagi pengalaman untuk Indonesia masa depan," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam acara pembukaan Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan di kampus UMY.
Selain berbagi pengalaman acara ini juga untuk menggali sekaligus berbagi tentang pikiran-pikiran cerdas yang membumi untuk Indonesia berkemajuan.
"Ini juga untuk peneguhan posisi Muhammadiyah dalam dinamika kebangsaan," katanya.
Haedar menambahkan agenda konsolidasi yang menjadi rangkaian Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan (KNIB) ini sudah dicanangkan sejak awal setelah Muktamar Muhammadiyah ke-47.
"Ketika PP Muhammadiyah melakukan silaturahim dengan Presiden Republik Indonesia Ir Joko Widodo, sudah terbesit untuk mengadakan konsolidasi nasional yang diproyeksikan untuk kepentingan yang lebih luas," paparnya.
Menurutnya acara ini diadakan dalam momentum yang tepat. Sebab kondisi bangsa Indonesia saat ini cukup terguncang dengan beberapa isu seperti isu komunisme, meluasnya isu Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) termasuk isu terorisme. Terutama ketika Muhammadiyah pernah melakukan advokasi terhadap Siyono.
Menurutnya Isu-isu tersebut bukanlah isu yang sederhana sehingga penting bagi Muhammadiyah untuk memperkuat peran dan posisinya dalam dinamika bangsa sebagai gerakan amar ma'ruf nahi munkar.
"Jika kita tidak pandai dan bijak serta tidak berpijak pada Muhammadiyah maka hanya ada dua pilihan yaitu menarik diri karena rezim tidak sesuai dengan kita atau mengambil alih dan bersikap pragmatis seperti yang dilakukan partai politik," kata Haedar.
Acara yang akan berlangsung hingga hari Selasa (24/5/2016) ini akan dibuka Presiden Joko Widodo pada hari Senin (23/5/2016) siang pukul 14.00. Penutupan akan dilakukan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada hari Selasa malam. (detiknews)
Acara ini dihadiri sejumlah tokoh seperti mantan Wakil Presiden Boediono, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang juga ketua Pergerakan Indonesia Maju, Din Syamsuddin, mantan Ketua PB NU KH Hasyim Muzadi, mantan Mendiknas Malik Fadjar, dan sejarawan Prof Dr Taufik Abdullah.
"Kami berharap ada pikiran-pikiran besar untuk kemajuan. Tokoh-tokoh yanhg hadir ini akan berbagi pengalaman untuk Indonesia masa depan," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam acara pembukaan Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan di kampus UMY.
Selain berbagi pengalaman acara ini juga untuk menggali sekaligus berbagi tentang pikiran-pikiran cerdas yang membumi untuk Indonesia berkemajuan.
"Ini juga untuk peneguhan posisi Muhammadiyah dalam dinamika kebangsaan," katanya.
Haedar menambahkan agenda konsolidasi yang menjadi rangkaian Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan (KNIB) ini sudah dicanangkan sejak awal setelah Muktamar Muhammadiyah ke-47.
"Ketika PP Muhammadiyah melakukan silaturahim dengan Presiden Republik Indonesia Ir Joko Widodo, sudah terbesit untuk mengadakan konsolidasi nasional yang diproyeksikan untuk kepentingan yang lebih luas," paparnya.
Menurutnya acara ini diadakan dalam momentum yang tepat. Sebab kondisi bangsa Indonesia saat ini cukup terguncang dengan beberapa isu seperti isu komunisme, meluasnya isu Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) termasuk isu terorisme. Terutama ketika Muhammadiyah pernah melakukan advokasi terhadap Siyono.
Menurutnya Isu-isu tersebut bukanlah isu yang sederhana sehingga penting bagi Muhammadiyah untuk memperkuat peran dan posisinya dalam dinamika bangsa sebagai gerakan amar ma'ruf nahi munkar.
"Jika kita tidak pandai dan bijak serta tidak berpijak pada Muhammadiyah maka hanya ada dua pilihan yaitu menarik diri karena rezim tidak sesuai dengan kita atau mengambil alih dan bersikap pragmatis seperti yang dilakukan partai politik," kata Haedar.
Acara yang akan berlangsung hingga hari Selasa (24/5/2016) ini akan dibuka Presiden Joko Widodo pada hari Senin (23/5/2016) siang pukul 14.00. Penutupan akan dilakukan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada hari Selasa malam. (detiknews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar