Minggu, 04 September 2011

Pcim Perancis, menanggapi comment Pak Thomas Djamaludin

KHUSUS menanggapi comment Pak Thomas Djamaluddin di forum FB ini : Assalamualaikum Pak.Thomas (budaya tanpa sebut embel2 gelar di forum non akademik & ilmiah nampaknya harus dilestarikan untuk meminimalisir arogansi keilmuan).

Bagi kami, ada keanehan ketika comment bpk justru lari dari pokok masalah ; “saya menunggu tanggapan teman2 ahli hisab muhammadiyah…dst…”. Secara singkat kami ulas keanehan itu dr 2 hal, yaitu etika berdialog dan essensi keilmuan.

Etika berdialog :

Kenapa harus menunggu tanggapan dan tulisan ahli hisab Muhammadiyah jika memang isi tulisan tersebut sudah berdasar ilmu dan kaidah syariat ? kenapa anda terjebak pada pemahaman melihat siapa yang berbicara & tidak melihat isinya ? (toh badan hisab Muhammadiyah ada dibawah naungan majelis yang dipimpin beliau, justru seharusnya anda berterimakasih, kritikan anda dihargai), Jika memang seorang ilmuwan harusnya jujur dan objektif, justru tulisan pak Syamsul lebih berbobot dan mencerahkan (dgn berhati2 memilih kata2 dan tidak ala kadarnya menulis dgn bahasa provokatif semacam “usang”, yah disinilah seharusnya yang membedakan tulisan ilmuwan dan orang awam). Tulisan pak Syamsul secara implisit telah menjelaskan kenapa wujudul hilal (oleh krn itu beliau menggunakan kata “matematis” pada judul tulisannya). Justru kami tidak menemukan pada tulisan anda, disatu sisi mengatakan usang dan terbelenggu wujudul hilal, disisi lain tidak memberi solusi jelas (terutama secara astronomis, padahal anda pakarnya).
Dalam bahasa sedikit kasar, comment anda sebenarnya bermakna bahwa pak Syamsul tidak faham astronomi dan ilmu hisab krn beliau pakar syariah sehingga beliau tidak kompeten. Nah, jika kita berpola pikir hitam-putih seperti itu, bisa juga sebenarnya logika tsb dibalik, apa urusannya kepakaran pak Thomas (astronomi,antariksa,dll) dengan penafsiran ayat2 dalam Al Quran ? kenapa harus menyalahkan penggunaan dalil QS 36:39-40 ??, dimana kompetensi pak Thomas dalam menafsirkan ayat2 Al Quran hingga mengatakan dasar yang digunakan tersebut bermasalah ???. Padahal dalam buku “Pedoman Hisab Muhammadiyah” sudah dijelaskan bahwa dasar QS 36:39-40 tidak menjadi dasar AN SICH, justru dari ayat tersebutlah jadi inspirasi dan akan selalu dikaitkan dengan ayat2 lain.

Esensi keilmuan (hal aktual hisab – wujudul hilal) :

Sekedar urun rembug dan menambahkan argumen walau kami bukan bagian dari tim hisab PP Muhammadiyah.
Ada beberapa alasan kenapa Muhammadiyah menganut wujudul hilal (sebagian telah diutarakan pak Syamsul Anwar), kami tambahkan bahwa diantara sekian alasan itu karena Muhammadiyah juga sejalan dengan Ibnu Taymiyah yaitu derajat bukan merupakan patokan untuk melihat hilal, sebab perkara tersebut sangat relatif. Wujudul hilal tidak untuk menentukan atau memperkirakan hilal apakah bisa dilihat atau tidak, tetapi menjadi landasan dalam penetapan awal bulan Qamariyah. Bisa dicek dalam risalah fil hilal, jilid 13 dari “majmuatul fatâwa”. Sang filosof bermadhab empiris ini menjelaskan bhw angka pasti sebenarnya baru ada di dua puluh derajat, itupun jika tidak ada penghalang. Tapi angka dua puluh tidak mungkin terjadi di tanggal tiga puluh syawal, apalagi dua puluh sembilan. Adapun angka-angka di bawah dua puluh jelas lebih ithimal dan lebih tergantung banyak faktor lagi.
Seperti yang diulas pak Syamsul, bahwa metodologi hisab Muhammadiyah sudah eksis sejak RI belum lahir dan terus mengalami tajdid (dalam hal cara hitungan, bukan kriteria wujudul hilal), terkait hal ini, yang ingin kami tegaskan adalah bahwa hisab – wujudul hilal Muhammadiyah yang telah eksis sejak dulu justru akurat hingga saat ini dan hasilnya sama dengan metode yang dikembangkan oleh beberapa lembaga internasional di jaman modern ini. Sebut saja lembaga semacam ISNA (Islamic Calender for North Amerika), MWC (Moonsighting Committee Worldwide), ICOP (Islamic Crescent’s Observation Project) melalui calender converter sistem Odeh, bahkan software yang mudah didownload semisal “IslamicFinder” pun mengkalkulasikan bahwa 1 Syawal 1432 H jatuh pada hari selasa 30 Agustus 2011. Selain itu hasil hisab Muhammadiyah juga sama persis dengan ketetapan hitungan oleh dewan fatwa dan pengembangan islam uni eropa (Conseil Européen de la Fatwa et de la Recherche) yang bermarkas di Dublin,Irlandia dimana mereka telah mengumumkan sejak 22 Romadhon 1432 H tentang jatuhnya 1 syawal 1432 H. Khusus bagi kami yang tinggal di Perancis, diperkuat pula oleh hasil sidang itsbat majelis ulama prancis (Conseil Français du Culte Musulman) dan komisi fatwa masjid besar paris pada tanggal 29 Romadhon 1432 H yang menyatakan bahwa 1 Syawal 1432 H jatuh pada hari selasa 30 Agustus 2011.

Dari tanggapan singkat kami diatas tentunya siapapun jika berpikir objektif akan mempertanyakan sebenarnya yang “usang” adalah konsep wujudul hilal muhammadiyah atau justru “kritikan” itu sendiri sebenarnya yang “usang” ?. Produk “usang” adalah ketika produk tersebut sudah tidak digunakan banyak orang dan secara ilmiah pun sebuah teori tidak akan dipakai (usang) jika hasil nya tidak akurat apalagi sangat bertentangan dengan teori2 yang lain. Pada dasarnya kami sangat menghargai & menghormati kelompok lain bahkan pemerintah RI apabila terdapat penentuan 1 syawal yang berbeda. Misal pada tahun ini kami tidak mempermasalahkan umat muslim yang merayakan idul fitri 1 syawal 1432 H pada hari rabu 31 agustus 2011, (karena bagaimanapun juga akar masalah hanya pada perbedaan menginterpretasikan dalil, khususnya Hadis Rasul). Tetapi akan menjadi persoalan lain jika keputusan yang diambil oleh Muhammadiyah justru dipersalahkan hanya sebatas landasan astronomis (itupun hanya menjadi kesepakatan pribadi pak Thomas yang dasarnya belum memiliki akseptabilitas kuat). Dapatlah difahami kenapa beberapa kawan2 Muhammadiyah menanggapi cukup serius, karena konteks tudingan cukup memperkeruh suasana. Disinilah tampaknya kita harus sama2 belajar untuk tidak sekedar jadi orang pintar tapi juga harus arif dan bijaksana (maaf jika kalimat terakhir ini terlalu normatif).

Terakhir, pertanyaan singkat aja, di blog pak Thomas kok menggunakan sistem kalender umul quro ya ? berdasarkan kalender tsb hari ini (3 september 2011) adalah 5 syawal 1432 H. Ada yang salah kah ??

Wallau a’lam bissawab. Fastabiqul khoirot.
Wassalam.
Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Perancis
France, 5 Syawal 1432 H / 3 September 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar